tag:blogger.com,1999:blog-34429130960412243112024-02-21T05:24:33.992+07:00OEDZILLAAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.comBlogger44125tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-67522829489021145142011-10-03T23:08:00.002+07:002011-10-03T23:09:00.685+07:00Gender and Sexual Harassment<div>Pelecehan seksual merupakan bentuk dari deskriminasi seksual yang terdiri dari dua bentuk </div><div><br /></div><div>diantaranya yaitu pelecehan seksual ‘quid pro quo harassment (I give, You give)’ yang sifatnya </div><div><br /></div><div>timbal balik yang dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dalam dunia kerja dan </div><div><br /></div><div>pelecehan seksual dalam bentuk kondisi lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kinerja </div><div><br /></div><div>pegawai misalnya lelucon, ejekan dan komentar seksual. Tetapi pada intinya ruang lingkup </div><div><br /></div><div>yang ditekankan pada artikel ini adalah pelecehan seksual yang terjadi pada wanita yang </div><div><br /></div><div>kurang atau tidak diterima pada lingkungan kerja tertentu atau tidak dihargai oleh grup </div><div><br /></div><div>tertentu. </div><div><br /></div><div>Dua pendekatan yang dilakukan untuk melakukan penilaian atau pengukuran tindakan </div><div><br /></div><div>pelecehan seksual. Pertama adalah SEQ (Sexual Experiences Questionaire) yang menilai </div><div><br /></div><div>pelecehan seksual secara psikologi seperti rasa kurang nyaman dalam lingkungan kerja atau </div><div><br /></div><div>dalam organisasi akibat lelucon seksual. Kedua adalah ISH (Inventory of Sexual Harassment) </div><div><br /></div><div>yang menilai pelecehan seksual dalam bentuk tingkah laku. </div><div><br /></div><div>Tetapi kadang pada situasi tertentu yang menggunakan wanita sebagai objek untuk menarik </div><div><br /></div><div>keuntungan disuatu lingkungan kerja tidak dapat dikategorikan sebagai pelecehan seksual. </div><div><br /></div><div>Contohnya, pelayan bar wanita harus menggunakan rok pendek ketat dan pelanggan yang </div><div><br /></div><div>memesan minuman bar dengan bahasa seksual. Hal ini tidak dikategorikan sebagai pelecehan </div><div><br /></div><div>seksual karena hal ini tidak melanggar ras, norma dan kebijakan yang diterapkan oleh </div><div><br /></div><div>organisasi atau lingkungan kerja. </div><div><br /></div><div>Teori dan penjelasan tentang pelecehan seksual, terutama alasan dan kondisi yang </div><div><br /></div><div>menyebabkan terjadi pelecehan seksual. Teori dan penjelasan ini dibagi menjadi 3; dari sisi </div><div><br /></div><div>sosial, organisasi dan sisi individu. Pada sisi sosial menjelaskan tentang bagaimana kadudukan </div><div><br /></div><div>wanita terhadap pria di dalam lingkungan kerja dan masyarakat dan juga status individu. Di </div><div><br /></div><div>dalam organisasi, terdapat jabatan dan status yang merepresentasikan kekuatan sehingga </div><div><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-10176213165169671672011-10-03T23:06:00.001+07:002011-10-03T23:07:52.630+07:00Dinamika Desentralisasi dan Demokrasi Lokal<div>Desentralisasi dan demokratisasi merupakan dua arus utama perubahan politik di </div><div>Indonesia selama lima tahun transisi dan reformasi politik. Secara teoretis antara </div><div>desentralisasi dan demokratisasi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Desentralisasi dan </div><div>otonomi daerah tidak hanya berurusan dengan persoalan pembagian kewenangan dan </div><div>keuangan dari pusat ke daerah, melainkan juga hendak membawa negara lebih dekat </div><div>pada masyarakat atau membuat demokrasi lokal bekerja (akuntabilitas lokal, </div><div>transparansi, responsivitas dan partisipasi masyarakat). Voice, akses dan kontrol </div><div>masyarakat terhadap pemerintah akan lebih dekat apabila terjadi desentralisasi dan </div><div>otonomi daerah. Tanpa demokrasi dan partisipasi, maka desentralisasi dan otonomi </div><div>daerah hanya memindahkan sentralisasi dan korupsi dari Jakarta ke daerah, atau hanya </div><div>menghasilkan raja-raja kecil di daerah yang lebih mengutamakan pemeliharaan </div><div>kekuasaan dan penumpukan kekayaan. </div><div> Sebaliknya demokratisasi yang terjadi di level nasional harus didesentralisasikan </div><div>ke tingkat lokal. Jika tidak ada desentralisasi, maka sama saja menjauhkan pemerintah </div><div>dari masyarakat dan sekaligus mempersempit akses masyarakat dalam proses politik. </div><div>Demokratisasi tidak hanya mencakup masalah pemilihan umum nasional atau check and </div><div>balances antara DPR dan Presiden yang terjadi di Jakarta, melainkan yang jauh lebih </div><div>penting adalah praktik demokrasi di tingkat lokal, termasuk partisipasi masyarakat </div><div>dalam urusan publik yang berkenaan dengan hidupnya sehari-hari. </div><div> Belajar dari kasus Italia, Robert Putnam, misalnya, membangun argumen yang </div><div>kuat bahwa desentralisasi menumbuhkan partisipasi dan tradisi kewargaan di tingkat </div><div>lokal. Partisipasi demokratis warga telah membiakkan komitmen warga yang luas </div><div>maupun hubungan-hubungan horisontal: kepercayaan (trust), toleransi, kerjasama, dan </div><div>solidaritas yang membentuk apa yang disebut Putnam komunitas sipil (civic community).3 </div><div><br /></div><div>Indikator-indikator civic engagement -- solidaritas sosial dan partisipasi massal -- yang </div><div>merentang pada gilirannya berkorelasi tinggi dengan kinerja pembangunan ekonomi dan </div><div>kualitas kehidupan demokratis. Selama seperempat abad terahir, desentralisasi politik di </div><div><br /></div><div> 1Makalah Disajikan dalam Lokakarya “Wawasan Pembangunan Nasional” yang </div><div>diselenggarakan oleh Yayasan Bina Masyarakat Mandiri (YBM2), Bogor, 17-19 </div><div>September 2003. </div><div> 2Ketua SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (STPMD) “APMD” </div><div>Yogyakarta dan Direktur INSTITUTE FOR RESEARCH AND EMPOWERMENT (IRE) </div><div>Yogyakarta. </div><div> 3Robert Putnam, Making Democracy Work: Civic Tradition in Modern Italy </div><div>(Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1993). Gagasan Putnam tentang </div><div>civic community ini sangat dipengaruhi oleh repiblikenisme dan pemikiran Tocqueville </div><div>ketika dia mengkaji tentang kehidupan asosiasional sebagai basis demokrasi di </div><div>Amerika Serikat. Lihat Alexis de Tocqueville, Democracy in America, ed. J.P. Mayer </div><div>(Garden City, NY: Anchor Books, 1969). </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-56021979665522182262011-10-03T23:05:00.001+07:002011-10-03T23:06:28.600+07:00AUGUST COMTE( 1798-1857)<div><br /></div><div>1. Catatan Biografi </div><div><br /></div><div> August Comte lahir pada tanggal 19 Januari di kota Montpellier di bagian </div><div><br /></div><div>selatan Prancis. Dari 1814 – 1816 ia belajar di sekolah Politeknik di kota Paris. </div><div><br /></div><div>Dalam tahun 1817 ia di angkat menjadi sekretaris Saint Simon. Ia menerbitkan </div><div><br /></div><div>bukunya” System Politik Positif” (1824). Pada tahun 1830 jilid pertama dari seri” </div><div><br /></div><div>Filsafat Positif”(Cours De Philosoophie Positive) terbit. Comte meninggal dunia </div><div><br /></div><div>di kota Paris pada tanggal 5 September 1857 (Timasheff, N. 1955: 16-18). </div><div><br /></div><div>2. Positivisme Adalah Dasar Menyusun Masyarakat Baru </div><div><br /></div><div> Istilah “positif” paling sering muncul dalam buku-buku Comte. </div><div><br /></div><div>Positivisme adalah paham filafat, yang cenderung untuk membatasi pengetahuan </div><div><br /></div><div>benar manusia kepada hal-hal yang dapat diperoleh dengan memakai metode </div><div><br /></div><div>ikmmu pengetahuan (science). </div><div><br /></div><div> Positivisme adalah ajaran bahwa hanya fakta atau hal yang dapat ditinjau </div><div><br /></div><div>dan diuji, melandasi pengetahuan sah. Maka metafisika dan teologi harus </div><div><br /></div><div>dianggap sebagai permainan kata atau spekulasi liar saja. Comte akan menolak </div><div><br /></div><div>cara orang purba berpikir, dimana pengalaman yang sehari-hari dan perasaan </div><div><br /></div><div>rellligius saling meresapi, dan agama merupakan penafsiran dan pengertian yang </div><div><br /></div><div>benar. </div><div><br /></div><div> Comte yakin bahwa kemampuan akal-budi manusia untuk mengenal gejala </div><div><br /></div><div>dunia, agak terbatas. Maka dari itu manusia harus bersahaja dalam aspirasinya </div><div><br /></div><div>untuk mencari pengetahuan yang layak disebut ilmiah. Ia harus membatasi </div><div><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-35964420573132066672011-10-03T23:04:00.001+07:002011-10-03T23:05:03.334+07:00MASALAH SOSIAL DAN MANFAAT SOSIAL<div>Masalah sosial acapkali dibedakan dengan dua macam persoalan, yaitu antara masalah sosial </div><div>masyarakat dengan problema sosial yang menyangkut analisa tentang macam-macam gejala </div><div>kehidupan masyarakat. Para sosiolog telah banyak mengusahakan adanya indeks-indeks yang </div><div>dapat dijadikan petunjuk bagi terjadinya masalah sosial misalnya simple rates, compsite indexes, </div><div>komposisi penduduk,social distance, partisipasi sosial dan sebagainya. Faktor-faktor masalah </div><div>sosial adalah ekonomi, biologis, boipsikologis dan kebudayaan. </div><div><br /></div><div>Sosiologi mempergunakan beberapa pokok persoalan sebagai berikut ukurannya: </div><div>A. Tidak adanya kesesuaian antara ukuran/nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan. </div><div>B. Sumber-sumber sosial dari masalah sosial. </div><div>C. Phak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan adalah masalah sosial atau tidak. </div><div>D. Latent social problem. </div><div>E. Perhatian masyarakat dan masalah sosial. </div><div>F. Sisitem nilai dan masalah sosial diperbaiki. </div><div><br /></div><div>Beberapa masalah sosial yang penting adalah: </div><div>A. Kemiskinan, sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya </div><div>sendiri dengan ukuran kehidupan kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga </div><div>mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. </div><div>B. Kejahatan </div><div>C. Disorganisasi keluarga, yaitu suatu perpecahan dal;am keluarga sebagai unit, oleh karena </div><div>anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan </div><div>peranan sosial. </div><div>D. Masalah generasi muda. </div><div>E. Peperangan. </div><div>F. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat. </div><div>G. Masalah kedudukan. </div><div>H. Masalah lingkungan. </div><div>I. Birokrasi. </div><div><br /></div><div>Sosiologi mempunyai kegunaan bagi proses pembangunan, dalam hal-hal sebagai berikut: </div><div>A. Tahap perncanaan, untuk mengidentifikasi: </div><div>1) Kebutuhan-kebutuhan sosial. </div><div>2) Pusat perhatian sosial. </div><div>3) Lapisan sosial. </div><div>4) Pusat-pusat kekuasaan. </div><div>5) Sistem dan saluran-saluran komunikasi sosial. </div><div>B. Tahap pelaksanaan: </div><div>1) Identifikasi terhadap kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat. </div><div>2) Pengamatan terhadap perubahan-perubahan sosial yang terjadi. </div><div>C. Tahap evaluasi: </div><div>Analisa terhadap efek-efek sosila pembangunan. </div><div><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-32704768374826928502011-10-03T22:59:00.001+07:002011-10-03T23:03:05.180+07:00Feminisme dan Pelecehan Seksual dalam Birokrasi Kekuasaan Pemerintahan<div><div><div><div>Feminisme sebagai suatu gerakan telah dipicu oleh perjuangan anti kekerasan yang berkembang bersamaan dengan gerakan anti otoritarianisme dan anti akselerasi persenjat aan di barat sebagai akibat perang dingin. Gerakan ini kemudian dipadukan dengan aktivitas akademik yang mengkritisi konsep-konsep dalam ilmu sosial konvensional -positivistik. Ketika muncul kesadaran akan adanya hubungan-hubungan asimetris berdasarkan jeni s kelamin, maka pemahaman studi perempuan dapat dilihat sebagai bidang kajian yang berfokus pada perempuan, dan historis. </div><div><br /></div><div>Karenanya studi tentang perempuan dapat didefinisikan pertama, studi untuk memperoleh pemahaman tentang perkembangan hubungan -hubungan asimetris berdasarkan jenis kelamin, ras, dan kelas dalam masyarakat. Kedua, studi untuk mencari strategi yang dapat merubah situasi hubungan asimetris kepada hubungan - hubungan yang lebih simetris. </div><div><br /></div><div>Untuk mencapai target perubahan menuju yang lebih simet ris, studi perempuan membutuhkan </div><div>langkah sistematik dan konkrit dalam suatu gerakan ( movement). Ratna Saptari (1992: 7) mengemukakan tiga pendekatan dalam gerakan dan studi perempuan, yaitu pertama, feminisme radikal sebagai aliran yang berpendapat bawah s truktur masyarakat dilandaskan pada hubungan hierarkis berdasarkan jenis kelamin, mengasumsikan bahwa laki -laki sebagai suatu kategori sosial mendominasi perempuan sebagai kategori sosial lain. Kondisi ini melahirkan suatu model konseptual yang menjelaskan berbagai bentuk penindasan.</div><div><br /></div><div>Dengan kata lain, jenis kelamin menjadi faktor yang menentukan: posisi sosial, pengalaman, kondisi fisik, psikologi, kepentingan, dan nilai-nilai seseorang, sehingga muncul slogan the personal is political, dengan fokus pada konsep utama Patriarki dan Seksualitas. </div><div> </div><div>Kedua, feminisme liberal yang berpandangan bahwa laki -laki dan perempuan mempunyai hak </div><div>yang sama dalam mengembangkan kemampuannya. Siapapun hanya bisa intervensi dalam rangka menjamin terlaksananya hak yang azasinya. Ketiga , feminisme sosialis yang mengkaitkan dominasi laki-laki terhadap perempuan dengan proses kapitalisme. Berbagai bentuk patriarki dan pembagian kerja secara seksual tidak dapat lepas dari mode produksi dalam masyarakat (Denhardt & Denhardt, 2003). </div><div><br /></div><div>Sebagaimana tercermin dari periode-periode awal revolusi industri dan kapitalisme yang membutuhkan tenaga kerja murah (baca: perempuan) bagi pekerjaan bertekonologi rendah. Metamorfosis kondisi ini terlestarikan hingga kini, dalam bentuk kebutuhan tenaga k erja laki-laki murah karena rendahnya lapangan kerja dan posisi tawar buruh, sehingga memunculkan tenaga kerja tidak dibayar dalam rumah tangga (baca: perempuan) </div></div></div></div><div><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-40446730053072584312011-10-03T22:52:00.004+07:002011-10-03T22:58:29.505+07:00SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS BEBAS DI KOTA NEGARA: PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA<div>Seks merupakan salah satu kenikmatan hidup yang paling kontroversial. Seks </div><div>mempunyai makna yang luas berdimensi biologis, psikologis, dan sosiokultural. Seks </div><div>selalu menarik untuk diwacanakan dan dipraktekkan, tapi selalu menimbulkan </div><div>kontradiksi di masyarakat. Sementara itu kasus-kasus akibat seks bebas terus muncul. </div><div>Remaja merupakan usia yang paling rentan terkena masalah seksual. Seks bebas </div><div>menurut pendapat remaja adalah hubungan seks antara dua individu tanpa ikatan </div><div>perkawinan. Pendapat yang paling ekstrim menganggap semua aktivitas seksual </div><div>apabila pikiran mengarah ke hubungan seks merupakan seks bebas. Sebanyak 88,33% </div><div>responden mengatakan ingin melakukan hubungan seks tapi takut resiko. Sebanyak </div><div>26,26% responden mengatakan bahwa cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan seks </div><div>adalah hubungan seks. Akan tetapi semua responden (100%) berpendapat bahwa </div><div>hubungan seks pada masa remaja hendaknya dihindari. Sebanyak 5,00% responden </div><div>setuju dengan aborsi, sebanyak 36,66% responden setuju memberikan toleransi </div><div>kepada kaum homoseks/lesbian, dan sebanyak 1,67% responden tidak setuju dengan </div><div>hukuman berat bagi pemerkosa. Makna yang dapat dikemukakan adalah bahwa semua </div><div>responden masih dapat mengendalikan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. </div><div>Perjuangan kaum wanita dan kaum homoseks/lesbian untuk menuntut kesetaraan </div><div>gender sudah mendapatkan simpati di kalangan sebagian responden.</div><div><br /></div><div><div>Seks merupakan salah satu kenikmatan hidup yang paling kontroversial, tapi </div><div><br /></div><div>selalu menarik untuk diwacanakan maupun dipraktekkan sepanjang masa. Oleh </div><div><br /></div><div>karena itu seks selalu menjadi perdebatan. Namun setiap perdebatan selalu merembes </div><div><br /></div><div>kepada unsur negatif dari seks itu sendiri yaitu seks bebas. Sejarah menunjukkan </div><div><br /></div><div>bahwa pandangan mengenai seks adalah penuh kontroversial. Pada awal abad ke-17, </div><div><br /></div><div>dunia Barat moderm, dunia Kristen, seks sangat tertutup. Victorianisme menabukan </div><div><br /></div><div>seks, terjadi represi seks secara umum dan diskursus seks secara khusus. Seks hanya </div><div><br /></div><div>boleh untuk tujuan prokreatif. Akan tetapi ternyata kontra produktif oleh karena </div><div><br /></div><div>diskursus seksual ilegal merebak. Hal ini berbeda dengan pada zaman Yunani kuno di </div></div><div><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-20226843899353542852011-07-10T13:30:00.002+07:002011-07-10T13:30:38.691+07:00TEORI-TEORI KOMUNIKASI<div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">. Teori Model Lasswell</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">3. Teori Informasi atau Matematis</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.</span><br /><span style="font-style: italic;">Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.</span><br /><span style="font-style: italic;">Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.</span><br /><span style="font-style: italic;">Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)</span><br /><span style="font-style: italic;">Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).</span><br /><span style="font-style: italic;">Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)</span><br /><span style="font-style: italic;">Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.</span><br /><span style="font-style: italic;">Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.</span><br /><span style="font-style: italic;">Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.</span><br /><span style="font-style: italic;">Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">Riset Eksperimen</span><br /><span style="font-style: italic;">Riset eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap efek media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka statistik secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi yang berbeda.</span><br /><span style="font-style: italic;">Riset eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh Albert Bandura dan rekan-rekannya di Stanford University pada tahun 1965. Mereka meneliti efek kekerasan yang ditimbulkan oleh tayangan sebuah film pendek terhadap anak-anak. Mereka membagi anak-anak tersebut ke dalam tiga kelompok dan menyediakan boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari plastik, di setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi adegan kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat sebentar dan kelompok ketiga tidak melihat sama sekali.</span><br /><span style="font-style: italic;">Ternyata setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif dengan melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan bahwa media massa memiliki peran membentuk karakter khalayaknya.</span><br /><span style="font-style: italic;">Kelemahan metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil penelitian, karena sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul pertanyaan mengenai tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata (generalizability). Kelemahan ini kemudian sering diusahan untuk diminimalisir dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa mungkin dengan keadaan di dunia nyata atau yang biasa dikenal sebagai ecological validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Survey</span><br /><span style="font-style: italic;">Metode survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik. Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif dari populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih banyak faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk menonton tayangan kekerasan seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini akan diperjelas dengan contoh berikut.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Riset Ethnografi</span><br /><span style="font-style: italic;">Riset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari antropologi yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.</span><br /><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">6. Teori Agenda Setting</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> 1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> 2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.</span><br /><span style="font-style: italic;"> 3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">9. Teori The Spiral of Silence</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">10. Teori Konstruksi sosial media massa</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">11. Teori Difusi Inovasi</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.</span><br /><span style="font-style: italic;">Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">12. Teori Kultivasi</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;">Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">Referensi :</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> * Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.</span><br /><br /><span style="font-style: italic;"> * Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.</span><br /> <br /><span style="font-style: italic;"> * Buku, jurnal, dan sumber dari internet yang relevan.</span><br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-82945046808661498892011-07-10T13:23:00.008+07:002011-07-10T13:29:30.637+07:00TEORI MOTIVASI<div style="color: rgb(0, 0, 0); font-style: italic; text-align: justify;" class="deleteBody"><h2 class="postTitle">TEORI MOTIVASI</h2> <p class="postBody"><br /> • Motif Status (Status Motive) Merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai atau menduduki tingkatan tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat. Parsons, seorang ahli sosiologi menyimpulkan adanya beberapa sumber status seseorang yaitu : 1. Keanggotaan di dalam sebuah keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga yang memperoleh status yang tinggi oleh karena keluarga tersebut mempunyai status yang tinggi di lingkungannya. 2. kualitas perseorangan yang termasuk dalam kualitas perseorangan antara lain karakteristik fisik, usia, jenis kelamin, kepribadian. 3. Prestasi yang dicapai oleh seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya, pekerja yang berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar, dsb. 4. Aspek materi dapat mempengaruhi status seseorang di dalam lingkungannya. Misalnya, jumlah kekayaan yang dimiliki oleh seseorang. 5. Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry and Power). Dalam suatu organisasi, individu yang memiliki kekuasaan atau kewenangan yang formal akan memperoleh status yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu-individu yang ada di bawahnya. Selain dari teori-teori di atas, Teori Motivasi itu juga dapat dirumuskan kembali menjadi 3 kelompok, yaitu : A. Teori Kepuasan ( Content Theory )<br />B. Teori Proses ( Process Theory )<br />C. Teori Pengukuhan ( Reinforcement Theory )<br /> A. Teori Kepuasan ( Content Theory ) Pada dasarnya Teori ini lebih didekatkan pada factor – factor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan material maupun nonmaterial yang diperolehnya dari hasil pekerjaannya. Jika kebutuhan dan kepuasannya semakin terpenuhi maka semangat kerjanya pun akan semakin baik pula. Jadi pada kesimpulannya, seseorang akan bertindak (bersemangat bekerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (Inner Needs) dan kepuasannya. Misalnya mahasiswa A ingin lulus dengan IPK 3,8. Dia akan terdorong untuk lebih giat belajar dibandingkan dengan mahasiswa B yang ingin lulus dengan IP 2,8. Teori kepuasan (Content Theory) ini banyak dikenal antara lain : 1. Teori Motivasi klasik oleh F.W. Taylor. 2. Maslow’s Need Hierarchy Yheory (A Theory of Human Motivation) oleh A.H. Maslow.<br />3. Herzberg’s Two Factor Theory oleh Frederick Herzberg.<br />4. Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory oleh Mc.Clelland.<br />5. Existence, Relatedness and Growth (ERG) Yheory oleh Alderfer.<br />6. Teori Motivasi Human Relations<br />7. Teori Motivasi Claude S. George<br /> 1. Teori Motivasi Klasik Teori ini dikemukakan oleh Frederik Winslow Taylor. Menurutnya, motivasi para pekerja itu hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja. Sedangkan kebutuhan biologis itu sendiri adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. 2. Maslow’s Need Hierarchy Theory Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943. Teori ini juga merupakan kelanjutan dari Human Science Theory Elton Mayo (1880-1949) yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasaan seseorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa material dan nonmaterial. Dasar Maslow’s Need Hierarchy Theory : a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba. b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi. Ada beberapa macam kebutuhan, antara lain : - Physiological Needs Physiological Needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang seeorang berperilaku dan bekerja giat.<br /> 1. Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhannya hanya berasarkan keinginan atas usaha individu itu sendiri. 2. Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan dengan meningkatkan jenjang karier seorang individu. Dari uraian di atas, Maslow’s Need Hierarchy Theory ini mempunyai kebaikan dan kelemahan, sebagai berikut : Kebaikannya: 1. Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula. 2. Manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (material dan nonmaterial) yang akan memberikan kepuasaan baginya. 3. Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial ekonomi lemah)cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial. 4. Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya. Kelemahannya: Menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarkis, tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi dan seterusnya.erzberg’s Two Factors Teory Teori Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan atau Faktor Higienis. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Ada 3 hal penting berdasarkan penelitian Herzberg yang harus diperhatikan dalam motivasi bawahan yaitu : 1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiridan adanya pengakuan atas semuanya itu. 2.Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan, dan lain-lain. 3.Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan. Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu : a. Maintenance Factors Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. b. Motivation Factors Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu<br />perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan<br />penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.<br /> 4. Mc. Clelland’s Achievment Motivation Theory Mc. Clelland’s achievment Motivation Theory atau Teori Motivasi Prestasi dikemukakan oleh David Mc.Clelland. Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Mc. Clelland mengelompokan 3 kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja seseorang, yaitu : - Kebutuhan akan Prestasi ( Need for Achievment ) - Kebutuhan akan Afiliasi ( Need for Affiliation ) - Kebutuhan akan Kekuasaan ( Need for Power ) 5. ERG Theory Alderfer Existence, relatednes, and Growth ( ERG ) Theory ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang ahli dari Yale University. Teori ini juga merupakan penyempurnaan dari</p></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-40198383077168452722011-07-10T13:21:00.002+07:002011-07-10T13:22:00.257+07:00TEORI EVOLUSI CHARLES DARWIN<div style="text-align: justify; font-style: italic;"><b><p align="JUSTIFY"><span style="font-family:Bookman Old Style;font-size:130%;color:#008000;">PENGENALAN</span></p><span style="font-family:Bookman Old Style;font-size:130%;color:#008000;"> </span><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">LATAR BELAKANG CHARLES DARWIN</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"><b> </b> Charles Darwin ialah seorang pakar penyelidik alam semulajadi lebih dikenali sebagai pengarang buku yang terkenal " The Origin Of Species" .Beliau dilahirkan pada tahun 1809 di bandar Shrewsbury dari sebuah keluarga mewah.Bapanya adalah seorang tabib yang terkemuka manakala datuknya ,Eramus Darwin juga seorang tabib yang terkenal dan ahli falsafah yang telah banyak menulis mengenai alam .</p> <p align="JUSTIFY"> Darwin sejak kecil lagi amat mencintai alam semulajadi dan suka memerhatikan haiwan-haiwan dan tumbuhan yang ditemuinya.Beliau seorang yang sabar dan tekun.Sifat-sifat inilah yang akhirnya membawa beliau kepada kejayaan sebagai seorang penyelidik alam semulajadi yang terkenal di dunia sains.</p> <p align="JUSTIFY"> Di Bahia Blanca,Darwin mengambil langkah yang pertama dalam teori evolusinya .Beliau telah menjumpai banyak rangka-rangka haiwan yang melekat pada batu,termasuk juga fosil Megatherium.Kemana sahaja dia pergi sentiasa memerhatikan jasad hidupan disekelilingnya dengan teliti.Di samping itu beliau mengumpulkan spesimen-spesimen yang kecil dan senang disimpan.Dari Amerika Selatan beliau belayar keutara ,Pulau Galapagos.Beliau dapat melihat adanya persamaan antara burung-burung di Pulau Galapagos dengan burung-burung di Amerika Selatan yang jaraknya kurang lebih 600 batu.Ketika beliau kembali ke England pada tahun 1837,banyaklah masalah yang menjadi persoalan dan memulakan dengan penyelidikkan dan tulisan –tulisannya secara senyap<b>.</b></p><b> </b><p align="JUSTIFY"><b> </b>Masyarakat di kurun ke 17 percaya bahawa bumi ini terbentuk pada kira-kira 4000 tahun sebelum zaman Kristian.Masa tersebut terlalu singkat untuk proses evolusi boleh berlaku dan menghasilkan beranika ragam hidupan.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">TEORI EVOLUSI</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Teori evolusi dalam Sains Moden digambarkan sebagai teori yang menyatakan bahawa manusia berasal daripada binatang ,khususnya dari binatang yang berupa mawas manusia.Darwin dalam bukunya bertajuk "The Origin Of species"(Asal-Usul Jenis-Jenis Haiwan ).Beliau mengutarakan satu saranan bahawa semua makhluk yang hidup telah wujud hasil daripada proses evolusi daripada satu atau beberapa nenek moyang.Teori beliau menumpukan perhatian kepada bagaimana bentuk haiwan yang simpel berevolusi untuk menjadi bentuk yang kompleks.Beliau merumuskan pengalaman-pengalamannya bahawa semua jenis binatang berasal dari ameba,sejenis haiwan yang mempunyai satu sel.Bermakna beliau percaya bahawapada mulanya Pencipta mencipta satu atau beberapa bentuk organisma yang simpel.Dengan proses pertarungan tabii,organisma yang kompleks telah dihasilkan ,yang penting disini ialah Darwin percaya bahawa organisma-organisma atau spesis-spesis yang kompleks berhasil dari nenek moyang yang sama iaitu spesis yang simpel.</p> <p align="JUSTIFY"> Darwin sendiri sedar bahawa rekod-rekod fosil tidak menyokong lamunannya tetapi menyimpan harapan bahawa penyelidikkan seterusnya akan mengisi kekosongan tersebut.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">ASAS HIPOTESIS DARWIN</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Hipotesis evolusi menyarankan bahawa semua yang sedang atau telah hidup berasal daripada organisma yang lebih rendah atau kurang sempurna melalui proses turunan disertai dengan perubahan.Bukti-bukti yang diutarakan oleh Darwin adalah seperti berikut menurut keutamaannya.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> <p align="JUSTIFY"> Bukti-Bukti Utama ialah :</p> <ol type="a"><li>Di antara individu-individu kebanyakkan spesis,terdapat berbagai variasi dan perubahan .Variasi ini sangat jelas di kalangan haiwan ternak dan tumbuhan pertanian.</li><li>Dalam perjuangan hidup ,organisma (haiwan atau tumbuhan) yang akan terus hidup ialah yang paling mampu untuk mempertahankan diri atau menyesuaikan diri dengan keadaan iklim dan suasana sekitarnya.Organisma-organisma yang terbaik itu akan memindahkan baka-bakanya kepada keturunannya secara proses seleksi tabii.</li><li>Mutasi dan pemencilan memain peranan yang penting untuk mewujudkan sesuatu spesis yang baru.</li><li>Rekod-rekod fosil dari zaman purba yang dijumpai di lapisan geologi telah memberi bukti bahawa evolusi telah berlaku.</li></ol> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">BUKTI-BUKTI SAMPINGAN</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY">a) Persamaan yang dapat dilihat dari peringkat –peringkat "embrio" ke peringkat "fetus" antara organisma –organisma yang jelas berbeza pada peringkat dewasa.</p> <p align="JUSTIFY">b) Kebolehan untuk menjenis organisma-organisma dalam kelas-kelas tertentu menurut ke turunan dan peringkat-peringkat kesempurnaan.</p> <ol start="3" type="a"><li>Adanya anggota-anggota (organ) yang dianggap sebagai tidak berkembang .Anggota tersebut telah disangka sebagai turunan anggota yang berperingkat lebih rendah di mana anggota itu didapati dalam keadaan yang sempurna dan sangat berguna.</li></ol> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">VARIASI DIVERSIFIKASI DAN DIFERENSIASI</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Di dalam sesuatu spesis terdapat banyak variasi yang selalu disebut sebagai diversifikasi .Takrif istilah "spesis" sebagaimana lazim digunakan ialah organisma-organisma yang meliputi suatu populasi .Satu dari ciri-ciri penting hipotesis evolusi ialah organisma-organisma yang lebih sempurna muncul atau berasal daripada makhluk yang lebih sederhana atau dengan erti yang lain evolusi mencari penjelasan mengenai terjadinya jenis-jenis baru.Masalahnya ialah diversifikasi dan variasi-variasi yang lazim diutarakan untuk menyokong hipotesis evolusi adalah perubahan-perubahan yang terdapat dalam lingkungan sesuatu spesis iaitu dalam bidang mendatar,sedangkan evolusi merupakan perubahan yang melompat dari satu jenis ke satu jenis di tingkat yang lebih tinggi iaitu dalam bidang menegak.</p> <p align="JUSTIFY"> Evolusi mikro adalah berkenaan perubahan-perubahan dan variasi-variasi yang terdapat dalm sesuatu organisma dan boleh dilihat secara eksperimen.Perubahan-perubahan tersebut adalah kecil dan terbatas dalam lingkungan sesutu spesis sahaja.Contohnya ,dari satu jenis lalat buah-buahan yang bernama Dropsophila melanogaster dan berbagai macam variasi boleh diperolehi secara eksperimen,tetapi variasi-variasi tersebut tetap termasuk dalam keluarga Drosophila dan tidak melintas batasnya sehingga terjelma suatu jenis yang baru.Teori evolusi juga mengutarakan bahawa bentuk leher zirafah itu sebagai satu contoh seleksi tabii.Hipotesisnya ialah ,leher zirafah itu menjadi panjang sedikit demi sedkit.Sekalipun hipotesisnya ini benar,zirafah itu masih mendatar iaitu kita masih belum melihat penjelmaan spesis yang baru tetapi hanya mendapat bentuk-bentuk variasi dan diferisiasi dikalangan keluarga zirafah.</p> <p align="JUSTIFY"> Sebaliknya ,evolusi makro memperlihatkan perubahan secara besar-besaran yang dikatakan pernah terjadi dalam sejarah kehidupan.Perubahan-perubahan yang besar itulah yang disangka menyebabkan terjelmanya sesuatu spesis yang baru.Masalahnya ialah perubahan itu tidak dapat dilihat melalui metod-metod eksperimen tetapi hanya sebagai hipotesis atau andaian sahaja.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">MUTASI DAN AKIBATNYA </p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Penganut Teori evolusi menyarankan bahawa daya penggerak dalam perkembangan evolusi ialah proses mutasi.Mutasi adalah satu perubahan yang terjadi dengan mendadak dan ada yang boleh diwariskan kepada keturunanya tetapi keturunan itu pada kebiasaannya tidak boleh menyesuaikan diri dengan keaadaan sekitar.Umpamanya kebanyakkan variasi-variasi tumbuhan pertanian dan haiwan ternakan adalah akibat mutasi,tetapi bentuk seperti itu selalunya dihapuskan oleh seleksi tabii.Ini adalah oleh kerana mutasi pada lazimnya tidak dapat menyesuaikan diri kepada keadaan sekitarnya.Ianya tidak membawa perubahan yang beransur iaitu sedikit demi sedikit bagi sesuatu anggota tetapi berhenti dan terbatas sebagaimana sifat itu dilihat pada mulanya.Ini adalah bertentangan dengan kepercayaan Darwin bahawa evolusi itu adalah sutu proses yang beransur membawa perubahan kepada sesuatu sifat yang berguna sedikit demi sedikit dalam jangka masa yang panjang hingga terjelma spesis yang baru.</p> <p align="JUSTIFY"> Sungguhpun demikian pada akhir-akhir ini para ahli sains telah berjaya membuktikan bahawa ada beberapa mutasi yang berguna dan yang tidak berubah secara mendadak boleh berlaku khasnya diperingkat mikro organisma.Contohnya,kultur bakteria colon (Escherichia Coli) yang diserang oleh bakteria fages didapati beberapa strain rintangan bakteria itu,akibatnya mutasi yang boleh mempertahankan diri dari pembinasaan oleh bakteriofages.Strain rintangan itu terjelma secara mutasi dengan kadar satu dalam 50 juta generasi-generasi sel,tidak kira samada diserang oleh bakteriofages atau tidak.Oleh kerana itu paraahli sains menyarankan bahawa mutasi yang brguna kepada seleksi tabii untuk perkembangan evolusi,ialah mutasi yang tidak menunjukkan perubahan mendadak .</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">REKOD-REKOD FOSIL</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Untuk membuktikan bahawa proses evolusi telah berlaku kenyataan dari sejarah adalah diperlukan dan ianya hanya boleh diperolehi dari fosil-fosil.Rekod-rekodfosil tidak menunjukkan siri-siri fosil yang berturutan dimana terdapat perubahan yang beransurdari bentuk yang mudah ke bentuk yang kompleks.Challinor seorang ahli geologi yang terkenal dalan bukunya "Darwin’s Biological Work" (1959) mengakui bahawa rekod-rekod fosil hanya menyokong sebahagian evolusi tetapi rekod tersebut juga menyokong ciptaan secara bersendirian dan bebas.Seterusnay beliau menyatakan bahawa bukti yang jelas belum ada untuk menunjukkan evolusi telah berlaku.</p> <p align="JUSTIFY"> Untuk mempertahankan teori-teorinya ,beliau telah mengemukakan satu jenis haiwan dari fosil bernama Archeopteryx,walaubagaimanapun setelah diselidiki ,para ahli sains berpendapat bahawa haiwan itu tidak berupa rantai perhubungan antara reptilia dan burung tetapi tetap termasuk dalam jenis burung.Nenek moyang dan keturunannya tidak diketahui Ada pula yang menyarankan bahawa rantai perhubungan antara amfibia dan reptilia ialah Seymouria.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">DALIL SAMPINGAN </p> <p align="JUSTIFY">EMBRIOLOGI</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Antara dalil-dalil sampingan yang penting yang diutarakan ialah persamaan yang dapat dillihat pada taraf kandungan hingga perubahan sudah mulai terbentuk sebelum organisma itu lahir.Pada suatu peringkat kandungan ,embrio manusia hampir serupa dengan embrio haiwan seperti ikan atau monyet.Umpamanya pada peringkat itu manusia mempunyai ekor yang kecil dan tertentu ,oleh itu Huxley dan rakan-rakannya berpendapat bahawa manusia pada suatu masa yang lampau telah melalui peringkat berekor dalam evolusinya.Tetapi ini adalah suatu sangkaan sahaja dan tidak sama sekali memberi bukti bahawa evolusi telah berlaku.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">PENJENISAN MENGIKUT KETURUNAN DAN PERSAMAAN </p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Menurut Darwin ,Sistem klasifikasi tabii yang benar perlu mengikut geonologi iaitu menurut aliran keturunan dari bentuk yang kurang sempurna, oleh itu sistem klafikasi Tabii telah dianggap sebagai suatu bukti yang menyokong evolusi .tetapi berasas kepada teori Darwin,evolusi sebenarnya tidak dipandu oleh sebarang kudrat tetapi adalah akibat seleksi tabii dan bergerak atas variasi kecil secara kebetulan .Proses tersebut berlaku tanpa sebarang pengecualian bagi semua haiwan dan tumbuhan. Jika ini benar kita tidak berharap mendapat kan sedikit sahaja pelan bentuk asas yang sama tetapi inilah yang didapati. dunia haiwan boleh dibahagikan kepada sepuluh kumpulan filum-filum utama mengikut bentuk. Bagi keseluruhan Taksonomi ,dari susunan yang telah dibuat kelihatan teratur sebab adanya perbezaan jelas dan mendadak. Tiap-tiap filum terpisah dengan sesuatu kekosongan iaitu tidak ada bentuk peralihan .</p> <p align="JUSTIFY">Darwin cuba menjelaskan masalah ini dengan mengatakan bahawa organisma yang berupa rantai perhubungan tidak stabil dan dihapuskan oleh seleksi tabii.Ini bermakna bahawa bentuk-bentuk yang ada sekarang bukannya rantai perhubungan tetapi bentuk pengkhususan yang tidak akan berubah lagi.</p> <p align="JUSTIFY"> Pada lazimnya didapati teori evolusi mengambarkan perhubungan antara suatu jenis haiwan dengan yang lain serta pokok keturunannya.Gambaran yang diutarakan itu boleh menimbulkan beberapa masalah pokok.Menurut teori evolusi tiap-tiap jenis haiwan itu adalah dalam proses evolusi keperingkat yang lebih sempurna.Oleh kerana itu bentuk haiwan serta manusia yang ada pada masa ini adalah dalam bentuk peralihan dan akan berubah ke bentukyang lebih sempurna.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">ANGGOTA YANG TIDAK BERKEMBANG</p> </span></b><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"><b> </b>Ada beberapa organ yang dikatakan tidak berkembang boleh didapati pada beberapa jenis haiwan khususnya tulang pangkal paha yang tidak berkembang pada ikan paus.Huxley dan rakan-rakan telah berpendapat bahawa ini adalah satu bukti untuk menyokong teori evolusi tetapi seorang ahli biologi yang menentang pendapat ini mengutarakan tiga sebab adanya anggota tidak berkembang itu iaitu : </p> <ol type="a"><li>Anggota-anggota tersebut diturunkan Anggota tersebut memainkan peranan penting dalam proses membesar.</li><li>Kita tidak ada bukti bahawa dari nenek moyangnya di mana anggota-anggota itu berkembang dengan sempurna</li></ol> <p align="JUSTIFY">c) Jika anggota itu wujud sekarang ini tidak bermaksud bahawa anggota itu telah wujud pada masa yang lampau kerana musabab yang sedang berlaku boleh menghasilkan anggota itu.</p> <p align="JUSTIFY">Antara misalan-misalan lain untuk menyokong teori evolusi yang diutarakan oleh pengikutnya ialah anggota-anggota yang dikatakan tidak berkembang serta mempunyai fungsi yang sama seperti kelenjar susu(mammary gland) dan usus buntu (appendix) manusia.</p> <p align="JUSTIFY"> </p> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">KESIMPULAN</p></span></b><dir><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><b> </b></span><span style="font-family:Bookman Old Style;"><p align="JUSTIFY"> Keseluruhannya melalui teori evolusi, Darwin membuat kesimpulan bahawa dia tidak pernah mengenal teori mutasi yang memungkinkan adanya perubahan mengejut pada keturunan. Beliau hanya percaya hanya alam sekitar sahaja yang boleh menimbulkan modifikasi yang disampaikan oleh plasma darah. Dari sifat analogi haiwan dan tumbuhan Darwin juga yakin bahawa organisma hidup itu berasal dari satu moyang .Ini telah diperkuatkan oleh penemuan beliau sendiri bahawa haiwan berasal dari proses yang serupa dan mempunyai keserupaan bentuk. </p></span></dir><span style="font-family:Bookman Old Style;"> </span><b><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><p align="JUSTIFY">BIBLIOGRAFI</p></span></b><dir><span style="font-family:Bookman Old Style;color:#008000;"><b> </b></span><p><img src="http://pkukmweb.ukm.my/%7Eahmad/tugasan/s3_99/Bullet1.gif" height="13" width="13" /><span style="font-family:Bookman Old Style;"> Sulaiman Haji Nordin & Suzanah Abdullah. 1978. TEORI EVOLUSI Suatu fakta Atau Asas Ideologi. Akademi Sains Islam Malaysia.</span></p><span style="font-family:Bookman Old Style;"> </span><p><img src="http://pkukmweb.ukm.my/%7Eahmad/tugasan/s3_99/Bullet1.gif" height="13" width="13" /><span style="font-family:Bookman Old Style;"> R.E Soeriaatmadja ,1973 .Makna Evolusi Bagi Manusia .Jabatan Sains Hayat UKM.</span></p><span style="font-family:Bookman Old Style;"> </span><p><img src="http://pkukmweb.ukm.my/%7Eahmad/tugasan/s3_99/Bullet1.gif" height="13" width="13" /><span style="font-family:Bookman Old Style;"> Sulaiman Haji Nordin,1997 .Sejarah Pemikiran ; Sumber Ilmu ,Perbandingan Ideologi Dan ‘Order Baru Dunia’. Pusat Pengajian Umum UKM.</span></p><span style="font-family:Bookman Old Style;"> </span><p><img src="http://pkukmweb.ukm.my/%7Eahmad/tugasan/s3_99/Bullet1.gif" height="13" width="13" /><span style="font-family:Bookman Old Style;"> Marston Bates,Manusia Dengan Alamnya,Dewan Bahasa Dan Pustaka ,1979.</span></p><span style="font-family:Bookman Old Style;"> </span><p><img src="http://pkukmweb.ukm.my/%7Eahmad/tugasan/s3_99/Bullet1.gif" height="13" width="13" /><span style="font-family:Bookman Old Style;"> Charles Darwin ,Richard E.Leakey,Origin Of Species.</span></p></dir></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-81159256890314454712011-07-10T13:17:00.002+07:002011-07-10T13:19:25.251+07:00SEKILAS TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN<div class="outer_page only_ie6_border " id="outer_page_1" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"><div class="page" id="page1" style="height: 79.75em; width: 56.38em; -moz-transform: scale(0.752772); -moz-transform-origin: left top; display: block;"><div class="layer scale_hack" style="z-index: 0;"><div class="middle_layer"><div class="inner_layer" style="font-size: 0.1em;"> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 16em;"> works. One of his famous works is the theory about Psychoanalysis. In this theory, Freud<br />states several key concepts: 1) Perception about human behaviour. Freud states that human<br />behaviour is determined by the irrational power which is not aware of biological motivation<br />and<span class="ib" style="width: 0.55em;"> </span>motivation of certain psychological sexual instinct at the first six years of life; 2) the<br />structure of human personality consists of idea, ego and superego; 3) consciousness and<br />unconsciousness; 4) worries; 5) mechanism how to defend ego; and 6) the development of<br />individuality. This article tries to look at the six key concepts above and its application to<br />counseling.<br /> </p>Sigmund Freud is a prominent figure who is very creative and productive in writing his<br /> <div class="ff2" style="left: 3.98em; font-size: 20.31em; top: 19.13em;"> Riwayat hidup Sigmund Freud </div> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 41.48em;"> Sigmund Freud yang terkenal dengan Teori Psikoanalisis dilahirkan di Morovia, pada tanggal<br />6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Gerald Corey dalam<br />“<span class="ff4">Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy</span>” menjelaskan bahwa Sigmund Freud<br />adalah anak sulung dari keluarga Viena yang terdiri dari tiga laki-laki dan lima orang wanita.<br />Dalam hidupnya ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang<br />sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah aparterment yang<br />sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap<br />kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki oleh anak-anaknya.<br /> </p> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 57.55em;"> Sebahagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan<br />tentang teori psikoanalisisnya. Uniknya, saat ia sedang mengalami problema emosional yang<br />sangat berat adalah saat kreativitasnya muncul.<span class="ib" style="width: 0.56em;"> </span>Pada umur paruh pertama empat puluhan ia<br />banyak mengalami bermacam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan fobi-fobi<br />lain. Dengan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri ia mendapat pemahaman<br />tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.<br /> </p> <div class="ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; word-spacing: 0.01em; top: 70.28em;"> Sigmunr dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia serinmenghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut<br /></div> </div> </div> </div> </div></div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_1" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> <div class="hideable_ad" id="Doc_Between_Top_FullBanner_679x90_container"><div id="google_ads_div_Doc_Between_Top_FullBanner_679x90_ad_container"> </div> </div> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border " id="outer_page_2" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"><div class="page" id="page2" style="height: 79.75em; width: 56.38em; -moz-transform: scale(0.752772); -moz-transform-origin: left top; display: block;"><div class="layer scale_hack" style="z-index: 0;"><div class="middle_layer"><div class="inner_layer" style="font-size: 0.1em;"><p class="pl ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 7.6em;"> terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan<br />produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang<br />mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkan teknik baru untuk bisa<br />memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan<br />psikoterapi yang sangat komprehenshif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah<br />dikembangkan.<br /> </p> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 21.78em;"> Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang<br />dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi<br />sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa<br />tingkah laku manusia sebahagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud<br />dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.<br /> </p> <div class="ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; word-spacing: 0.01em; top: 32.61em;"> Lima karya Freud yang sangat terkenal dari beberapa karyanya adalah: (1)<span class="ff4" style="left: 0.27em; word-spacing: -0.14em; margin-right: 0.27em;"> The Interpretation</span> </div> <div class="ff4" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; word-spacing: 0.01em; top: 34.52em;"> of dreams<span class="ff1" style="left: 0.28em; word-spacing: -0.14em; margin-right: 0.28em;"> (1900), (2)</span> The Psichopathology of Everiday Life<span class="ff1" style="left: 0.28em; word-spacing: -0.14em; margin-right: 0.28em;"> (1901), (3)</span> General Introductory </div> <div class="ff4" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; top: 36.42em;"> Lectures on Psichoanalysis<span class="ff1" style="left: 0.28em; word-spacing: -0.14em; margin-right: 0.28em;"> (1917), (4)</span> New Introductory Lectures on Psichoanalysis<span class="ff1" style="left: 0.28em; margin-right: 0.28em;">(1933)</span> </div> <div class="ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; top: 38.29em;"> dan (5)<span class="ff4" style="left: 0.28em; word-spacing: -0.06em; margin-right: 0.29em;"> An Outline of Psichoanalysis</span> (1940). </div> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; word-spacing: 0.01em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 40.66em;"> Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A.<br />Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada<br />tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana psikologi Amerika,<br />untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts.<br />Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi<br />Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga<span class="ib" style="width: 0.55em;"> </span>dengan lembaga<br />pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.<br /> </p> <div class="ff2" style="left: 7.95em; font-size: 10.15em; top: 56.39em;"> Persepsi tentang sifat manusia </div> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; word-spacing: 0.01em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 57.64em;"> Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak<br />disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam<br />tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud<br />tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun demikian menurut Gerald<br />Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar<br />dan tidak sadar, determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh<br />Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran<br /> </p> </div> </div> </div> </div> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_2" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border " id="outer_page_3" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> <div class="page" id="page3" style="height: 79.75em; width: 56.38em; -moz-transform: scale(0.752772); -moz-transform-origin: left top; display: block;"> <div class="layer scale_hack" style="z-index: 0;"> <div class="middle_layer"> <div class="inner_layer" style="font-size: 0.1em;"> <div class="ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; word-spacing: 0.01em; top: 8.05em;"> psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang </div> <div class="ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; word-spacing: 0.01em; top: 9.94em;"> dibayangkan pada orang tersebut. </div> <p class="pj ff1" style="left: 7.8em; word-spacing: -0.13em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 12.31em; width: 40.92em;"> <span class="nw">Di sini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah</span> <span class="nw">bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas</span> <span class="nw">seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan</span> <span class="nw">punah.</span> </p> <div class="ff2" style="left: 7.95em; font-size: 10.15em; word-spacing: 0.01em; top: 21.68em;"> Struktur Kepribadian </div> <div class="ff1" style="left: 7.8em; font-size: 10.35em; word-spacing: 0.01em; top: 24.05em;"> Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari<span class="ff2" style="left: 0.56em; font-size: 0.98em; margin-right: 0.55em;">id, ego</span> dan<span class="ff2" style="left: 0.28em; font-size: 0.98em; word-spacing: -0.28em; margin-right: 0.28em;">s uper ego</span>. </div> <div class="ff2" style="left: 7.95em; font-size: 10.15em; top: 26.46em; letter-spacing: -0.01em;"> Id<span class="ff1" style="left: 0.28em; font-size: 1.02em; word-spacing: -0.02em; margin-right: 0.28em; letter-spacing: 0.00em;"> adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem</span> </div> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; word-spacing: 0.01em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 27.4em;"> kerjanya dengan prinsip kesenangan “<span class="ff4" style="left: 0.01em; word-spacing: -0.01em; margin-right: 0.01em;">pleasure principle</span>”.<span class="ff2" style="left: 0.29em; font-size: 0.98em; margin-right: 0.28em;">Ego</span> adalah bagian kepribadian<br />yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai<br />realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan<span class="ff2" style="left: 0.29em; font-size: 0.98em; margin-right: 0.28em;">id</span> agar<br />tidak melanggar nilai-nilai<span class="ff2" style="left: 0.29em; font-size: 0.98em; word-spacing: -0.28em; margin-right: 0.29em;">super eg<span class="ff4" style="font-size: 1.02em; margin-right: 0.27em;">o.</span> Super ego</span> adalah bagian moral dari kepribadian<br />manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu<br />yang dilakukan oleh dorongan<span class="ff2" style="left: 0.28em; font-size: 0.98em; margin-right: 0.28em;">ego.</span><br /> </p> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; word-spacing: 0.01em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 39.68em;"> Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia dilihat sebagai<br />sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk mendistribusikan<br />energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut terbatas, maka satu diantara<br />tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada, dengan mengorbankan dua sistem<br />lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat ditentukan oleh energi psikis yang<br />menggerakkan.<br /> </p> <p class="pl ff1" style="left: 7.8em; word-spacing: 0.01em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 51.96em;"> Menurut Calvil S. Hall dan Lindzey, dalam psikodinamika masing-masing bagian dari<br />kepribadian total mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja dinamika dan mekanisme<br />tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya, sehingga tidak<br />mungkin dipisahkan.<span class="ff2" style="left: 0.29em; font-size: 0.98em; margin-right: 0.28em;">Id</span> bagian tertua dari aparatur mental dan merupakan komponen<br />terpenting sepanjang hidup.<span class="ff2" style="left: 0.28em; font-size: 0.98em; margin-right: 0.27em;">Id</span> dan instink-instink lainnya mencerminkan tujuan sejati<br />kehidupan organisme individual. Jadi<span class="ff2" style="left: 0.28em; font-size: 0.98em; margin-right: 0.28em;">id</span> merupakan pihak dominan dalam kemitraan struktur<br />kepribadian manusia.<br /> </p> <p class="pj ff1" style="left: 7.8em; word-spacing: -0.13em; font-size: 10.35em; line-height: 1.89em; top: 66.13em; width: 40.73em;"> <span class="nw">Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja masing-masing struktur</span> <span class="nw">dalam pembentukan kepribadian adalah: (1) apabila rasa<span class="ff4" style="left: 0.27em; margin-right: 0.27em;">id</span>-nya menguasai sebahagian besar</span> <span class="nw">energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan</span> <span class="jbr"></span> </p> </div> </div> </div> </div> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_3" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> <div class="hideable_ad" id="Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_3_container"><div id="google_ads_div_Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_3_ad_container"> </div> </div> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border not_visible" id="outer_page_4" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_4" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border not_visible" id="outer_page_5" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_5" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> <div class="hideable_ad" id="Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_5_container"><div id="google_ads_div_Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_5_ad_container"> </div> </div> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border not_visible" id="outer_page_6" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_6" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border not_visible" id="outer_page_7" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_7" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> <div class="hideable_ad" id="Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_7_container"><div id="google_ads_div_Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_7_ad_container"> </div> </div> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border not_visible" id="outer_page_8" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_8" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border not_visible" id="outer_page_9" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_9" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> <div class="hideable_ad" id="Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_9_container"><div id="google_ads_div_Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_9_ad_container"> </div> </div> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div class="outer_page only_ie6_border not_visible" id="outer_page_10" style="width: 679px; height: 961px; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_10" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div style="text-align: justify; font-style: italic;"> </div><div id="between_page_ads_11" class="between_page_ads" style="display: block; text-align: justify; font-style: italic;"> <div class="hideable_ad" id="Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_11_container"><div id="google_ads_div_Doc_Between_Leaderboard_BTF_728x90_11_ad_container"> </div> </div> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-9498508091280161372011-06-28T20:42:00.001+07:002011-06-28T20:51:36.292+07:00Teori KepemimpinanKajian Teori Kepemimpinan pada hakekatnya untuk menjawab :<br />a. Why Individual become leaders ?<br />b. Why Leaders are more effective than others ?<br /><br />Dalam hubungan ini dapat dikemukakan beberapa teori kepemimpinan sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">A. Teori Timbulnya Kepemimpinan</span><br /><br />Di antara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat tiga teori yang menonjol, yaitu :<br />1. Teori Keturunan (Heriditary Theory)<br />2. Teori Kejiwaan (Psychological Theory)<br />3. Teori Lingkungan (Ecological Theory)<br /><br />Masing – masing teori dapat dikemukakan secara singkat :<br /><br />1. Teori Keturunan<br />Inti daripada teori ini, ialah :<br />a. Leaders are born not made.<br />b. Seorang pemimpin menjadi pemimpin karena bakat – bakat yang dimiliki sejak dalam kandungan.<br />c. Seorang pemimpin lahir karena memamng ditakdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul menjadi pemimpin karena bakat-bakatnya.<br /><br />2. Teori Kejiwaan.<br />a. Leaders are made and not born.<br />b. Merupakan kebalikan atau lawan dari teori keturunan.<br />c. Setiap orang bias menjadi pemimpin melalui proses pendidikan dan pengalaman yang cukup.<br /><br />3. Teori Ekologis<br />a. Timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis dan teori social.<br />b. Seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin, apabila pada waktu ahir telah memiliki bakat, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman.<br />c. Teori ini memanfaatkan segi-segi positif teori genetis dan teori social.<br />d. Teori yang mendekati kebenaran.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Sifat</span><br /><br />Di tinjau dari segi sejarah, pemimpin atau kepemimpinan lahir sejak nenek moyang, sejak terjadinya hubungan kerjasama atau usaha bersama antara manusia yang satu dengan dengan manusia yang lain untuk menjapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Jadi kepemimpinan lahir bersama – sama timbulnya peradaban manusia.<br /><br />• Machiavelli<br /> Ia terkenal tentang nasehatnya mengenai kebijaksanaan yang harus dimiliki oleh seorang Perdana Mentri, yaitu antara lain harus mempunyai keahlian dalam :<br />a. Upacara – upacara ritual, kebaktian keagamaan<br />b. Peratuaran dan perundang – undangan<br />c. Pemindahan dan pengangkutan<br />d. Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan<br />e. Upacara – upacara dan adat kebiasaan.<br />f. Pemindahan pegawai untuk menhindarkan kegagalan<br />g. Bertani dan pekerjaan lainnya.<br /><br />• Empuh Prapanca dengan bukunya yang terkenal Negara Kertagama menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu:<br />a. Wijana, sikap bijaksana<br />b. Mantri wira, sebagai pembela negara sejati<br />c. Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan analisa, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.<br />d. Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya.<br />e. Satya bakti haprabu, setia dan bakati kepada atasan (loyalitas).<br />f. Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi.<br />g. Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi.<br />h. Dhirrottsaha, bersifat rajin sungguh- sungguh kreatif dan penuh inisiatif.<br />i. Tan-lalana, bersifat gembira, periang.<br />j. Disyacitra, Jujur terbuka.<br />k. Tancatrisan, tidak egoistis.<br />l. Masihi Samastha Bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.<br />m. Ginong Pratidina, tekun menegakkan kebenaran.<br />n. Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.<br />o. Ansyaken musuh, mampuh memusnakan setiap lawan.<br /><br />• Ajaran Hasta Brata.<br /> Hasta Bhrata (delapan pedoman pilihan) yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi sifat - sifat positif sebagai pedoman bagi setiap pemimpin adalah :<br />a. Sifat matahari (surya) Yaitu:<br />- Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua mahluk.<br />- Menjadi penerang selurah rakyat.<br />- Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.<br />b. Sifat bulan (candra) yaitu:<br />- Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan (kesulitan)<br />- Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram untuk menjalankan tugas masing- masing.<br />c. Sifat Bintang (kartika) yaitu:<br />- Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri tauladan<br />d. Sifat Awan yaitu :<br />- Dapat menciptakan kewibawaan<br />- Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.<br />e. Sifat Bumi yaitu:<br />- Ucapanya sederhana.<br />- Teguh, dan kokoh pendiriannya.<br />f. Sifat Samudera,yaitu:<br />- mempunyai pandangan yang luas<br />- membuat rakyat seia sekata.<br />g. Sifat Api (Agni) yaitu:<br />- Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu.<br />h. Sifat Angin (Bayu) yaitu :<br />- terbuka dan tidak ragu – ragu terhadap semua masalah.<br />- Bersikap adil terhadap siapa pun.<br /><br />• The Traits and abilities Theory yang dikemukakan oleh stogdill dengan menekan pada kwalitas individu dan terdapat relevansi yang erat antara sifat dan kepemimpinan (capacity, status, participation, responsibility,achievement).<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">C. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Tingkah Laku</span><br /><br />Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri tersebut akan menimbulkan berbagai tipe.<br /><br />Ada beberapa tipe kepemimpinan.<br />1. Tipe Otoriter<br /> Tipe ini mempunyai sifat-sifat:<br />a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin<br />b. Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin<br />c. Segala tugas dan pelaksanaannya ditentukan oleh pemimpin .<br />d. Kurang ada partisipasi dari bawahan .<br />e. Tidak menerima kritik, saran dan pendapat bawahan .<br /><br />2. Tipe Demokratis<br />a. Semua kebijaksanaan dan keputusan dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah .<br />b. Kebijaksanaan yang akan dating ditentukan melalui musyawarah dan diskusi.<br />c. Anggota kelompok, bebas bekerjasama dengan anggota yang lain, dan berbagai tugas diserahkan kepada kelompok .<br />d. Kritik dan pujian bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta .<br />e. Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagai anggota biasa .<br />f. Mengutamakan kerjasama .<br /><br />3. Tipe Semuanya<br />a. Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan kebijaksanaan maupun keputusan .<br />b. Pemimpin tidak terlibat dalam musyawarah kerja .<br />c. Kerjasama antara anggota tanpa campur tangan pemimpin .<br />d. Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur kegiatan pemimpin .<br /> Di samping ketiga gaya kepemimpinan diatas Sondang P.Siagian, MPA.,Ph.D. mengemukakan tipe pemimpin yang lain, ialah:<br /><br />4. Tipe Militeristis<br />a. Lebih sering mempergunakan perintah terhadap bawahan .<br />b. Perintah terhadap bawahan sangat tergantung pada pangkat dan jabatan .<br />c. Menyenangi hal-hal yang bersifat formal .<br />d. Sukar menerima kritik .<br />e. Menggemari berbagai upacara .<br /><br />5. Tipe Paternalistik<br />a. Bersikap melindungi bawahan .<br />b. Bawahan dianggap manusia yang belum dewasa .<br />c. Jarang ada kesempatan pada bawahan untuk mengambil inisiatif .<br />d. Bersikap maha tahu .<br /><br />6. Tipe Karismatis<br />a. Mempunyai daya tarik yang besar, oleh karenanya mempunyai pengikut yang besar .<br />b. Daya tarik yang besar tersebut kemungkinan disebabkan adanya kekuatan gaib (supernature) .<br /><br />Disamping teori yang telah dikemukakan diatas, ada teori lain yang Dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam artikelnya yang berjudul “What Kind of Manager”.<br />Ada tiga pola dasar yang dapat dipakai untuk menentukan watak atau tipe seorang pemimpin. Ketiga pola dasar tersebut :<br />1. Berorientasi tugas (task orientation).<br />2. Berorientasi pada hubungan kerja (Relationship orientation).<br />3. Berorientasi pada hasil (effectiveness orientation).<br /><br />Berdasarkan sedikit banyaknya orientasi atau penekanan ketiga hal diatas pada diri seorang pemimpin akan dapat ditentukan delapan tipe pemimpin masing-masing ialah:<br />1. Deserter<br />2. Bureaucrat<br />3. Missionary <br />4. Developer <br /> 5. Autocrat<br /> 6. Benevolent autocrat<br />7. Compromiser<br />8. ExecutiveAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-39885954088578123262011-06-19T20:03:00.001+07:002011-06-19T20:04:11.539+07:00Pemikiran Teori Hukum Murni<p class="MsoBodyText"><span lang="IN">Fokus utama teori hukum murni, menurut Hans Kelsen, bukanlah salinan ide transendental yang sedikit banyak tidak sempurna. Teori hukum murni ini tidak berusaha memandang hukum sebagai anak cucu keadilan, sebagai anak dari orang tua yang suci. Teori hukum tampaknya memegang teguh suatu perbedaan yang tegas antara hukum empirik dan keadilan transendental dengan meniadakan keadilan transendental dari perhatian spesifiknya. Teori ini tidak melihat manifestasi dari suatu otorita gaib di dalam hukum, melainkan meninjau suatu teknik sosial spesifik yang didasarkan pada pengalaman manusia; teori<span> </span>hukum murni menolak untuk dijadikan ilmu metafisika hukum. Pada dasarnya, tidak ada perbedaan esensial antara ilmu hukum analitik dan teori hukum murni. Adapun letak perbedaannyam, kedua bidang itu berbeda karena teori hukum murni berusaha untuk melanjutkan metode hukum analitik dengan lebih konsisten dari yang diupayakan Austin dan para pengikutnya. </span></p> <p class="MsoBodyText"> </p><p class="MsoBodyText"><span lang="IN">Usaha yang konsisten ini terutama menyangkut konsep-konsep fundamental, seperti konsep norma hukum di satu pihak dan konsep-konsep hak dan kewajiban hukum di lain pihak. Di Perancis dan Jerman, ilmu hukum disajikan secara berbeda antara hukum dalam pengertian obyektif dan hukum dalam pengertian subyektif, dan terakhir menyangkut hubungan antara hukum dan negara. Teori hukum murni merupakan suatu pemberontakan yang ditujukan terhadap ilmu hukum yang ideologis, yakni yang hanya mengembangkan hukum itui sebagai alat pemerintahan dalam negara-negara totaliter. Teori ini lazim dikaitkan pada mazhab Wina yang tokohnya adalah Hans Kelsen.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Pada dasarnya, pemikiran Kelsen sangat dekat dengan pemikiran Austin. Walaupun Kelsen ketika mulai mengembangkan teori-teorinya, seperti diakui kemudian, sama sekali tidak mengetahui karya Austin. Asal-usul falsafah madzhab Wina sangat berbeda dari Utilitarianisme Austin. Dasar falsafah pemikiran Kelsen adalah Neo Kantialisme, hal ini menghubungkan kelsen dengan inspirasi Neo-Kant dari Stamler dan Delfeccio, tetapi simpulan-simpulan yang ditarik Kelsen dan Madzhab Wina dari dalil-dalil aliran Neo-Kant, secara radikal bertentangan dengan dalil-dalil kedua kedua ahli hukum ini. Stamler menjadi terlibat dalam kesukaran-kesukaran teori hukum murni yang berlaku di seluruh dunia, bersih dari segala sesuatu yang dapat berubah, tetapi masih mampu memberikan gagasan-gagasan yang memberi bimbingan bagi ahli hukum yang mencari keadilan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Madzhab Wina mengetengahkan dalam teori hukum pencarian pengetahuan yang murni, dalam arti yang paling tidak mengenal kompromi, yakni pengetahuan yang bebas dari naluri, kekerasan dan keinginan. Baik Stamler maupun Del Vecchio mengkombinasikan perbedaan bentuk dan materi dari Kant dengan ideologi hukum; Stamler dengan cita hukum yang semu formal yang ditarik dari etika Kant, Del Vecchio dengan instuisi cita keadilannya yang didasarkan atas kesadaran manusia. Kelsen dan para pengikutnya menolak tiap idealisme hukum seperti itu dan menganggapnya tidak ilmiah. Teori hukum harus murni formal dan di pihak lain hukum pada hakekatnya berbeda dengan alam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Ilmu hukum adalah ilmu normatif, demikian menurut Kelsen dan hukum itu semata-mata berada dalam kawasan dunia sollen. Karakteristik dari norma adalah sifatnya yang hipotetis, lahir bukan karena alami, melainkan karena kemauan dan akal manusia. Kemauan dan akal ini menelorkan pernyataan yang berfungsi sebagai asumsi dasar. Teori Kelsen dapat dirumuskan sebagai “suatu analisis tentang struktur hukum positif, yang dilakukan seeksak mungkin, suatu analisis yang bebas dari semua pendapat etis atau politis mengenai suatu nilai”. Kelsen pada dasarnya ingin menciptakan suatu ilmu pengetahuan huikum murni, menghilangkan dari semua unsur-unsur yang tidak penting dan memisahkan jurisprudence dari ilmu-ilmu sosial, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum analis denga tegas.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Kelsen juga menolak untuk memberikan definisi hukum sebagai suatu perintah. Oleh karena definisi yang demikian itu mempergunakan pertimbangan-pertimbangan subyektif dan politis, sedangkan yang dikehendaki ilmu pengetahuannya benar-benar objektif. Perspektif Kelsen dalam memandang hukum tidak berusaha menggambarkan apa yang terjadi, tetapi lebih menitik beratkan untuk menentukan peraturan-peraturan tertentu, meletakkan norma-norma bagi tindakan yang harus diikuti orang.<span> </span></span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-top: 12pt;"><span lang="IN">Teori ini boleh dilihat sebagai suatu pengembangan yang amat saksama dari aliran positivisme yang baru saja dibicarakan. Seperti dikatakan di atas, ia menolak ajaran yang bersifat ideologis dan hanya menerima hukum sebagaimana adanya, yaitu dalam bentuk peraturan-peraturan yang ada. Menurut Kelsen, teori hukum murni adalah teori tentang hukum positif. Ia berusaha untuk mempersoalkan dan menjawab pertanyaan; “Apakah hukumnya?” dan bukan “Bagaimanakah hukum yang seharusnya?” Oleh karena titik tolak yang demikian itu, maka Kelsen berpendapat, bahwa keadilan sebagaimana lazimnya dipersoalkan, hendaknya dikeluarkan dari ilmu hukum. Ia adalah suatu konsep ideologis, suatu ideal yang “irasional” (Bodenheimer, 1974:99). Dikatakan olehnya, “Pendapat yang umum dikemukakan mengatakan, bahwa keadilan itu ada, tetapi pendapat itu tidak bisa memberikan batasan yang jelas sehingga menimbulkan suatu keadaan yang kontradiktif. Bagaimanapun keadilan itu tidak dapat dilepaskan dari kehendak (volition) dan tindakan manusia, tetapi ia tidak bisa menjadi subyek pengetahuan. Dipandang dari sudut pengetahuan rasional, yang ada hanya kepentingan-kepentingan”.(Bodenheimer, 1974:99).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa ia menghendaki suatu gambaran tentang hukum yang bersih dalam abstraksinya dan ketat dalam logikanya. Oleh karena itulah ia menyampingkan hal-hal yang bersifat ideologis, oleh karena dianggapnya irasional. Teori hukum yang murni juga tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu politik, sosiologi, sejarah dan pembicaraan tentang etika. Dasar-dasar pokok teori Kelsen adalah sebagai berikut (Friedmann, 1953:113):</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 49.7pt; text-align: justify;"><span lang="IN"><span>1.<span style="font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt;"> </span></span></span><span lang="IN">Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk mengurangi kekalutan dan meningkatkan kesatuan (unity).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 49.7pt; text-align: justify;"><span lang="IN"><span>2.<span style="font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt;"> </span></span></span><span lang="IN">Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak, keinginan. Ia adalah pengetahuan tentang hukum yang ada, bukan tentang hukum yang seharusnya ada.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 49.7pt; text-align: justify;"><span lang="IN"><span>3.<span style="font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt;"> </span></span></span><span lang="IN">Ilmu hukum adalah normatif, bukan ilmu alam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 49.7pt; text-align: justify;"><span lang="IN"><span>4.<span style="font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt;"> </span></span></span><span lang="IN">Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan dengan persoalan efektivitas norma-norma hukum.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 49.7pt; text-align: justify;"><span lang="IN"><span>5.<span style="font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt;"> </span></span></span><span lang="IN">Suatu teori tentang hukum adal</span>a<span lang="IN">h formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yng spesifik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0cm 0.0001pt 49.7pt; text-align: justify;"><span lang="IN"><span>6.<span style="font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt;"> </span></span></span><span lang="IN">Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu adalah seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Ilmu hukum adalah “ilmu normatif”, demikian dinyatakan oleh Kelsen berkali-kali. Hukum itu semata-mata berada dalam kawasan dunia sollen. Ciri hakiki dari norma adalah sifatnya yang hipotetis. Ia lahir bukan karena proses alami, melainkan karena kemauan dan akal manusia. Kemauan dan akal ini menelorkan pernyataan yang berfungsi sebagai asumsi dasar atau permulaan. Dinyatakan, bahwa berbuat begini atau begitu merupakan dalil yang umum dan sebagai kelanjutannya harus diikuti oleh konsekuensi tertentu. Konsekuensi yang demikian itu akan dilaksanakan oleh kehendak manusia sendiri juga. Oleh karena itu salah satu ciri yang menonjol pada teori Kelsen adalah: paksanaan. Setiap hukum harus mempunyai alat atau perlengkapan untuk memaksa ini (Allen, 1958:51).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Bagian lain dari teori Kelsen yang bersifat dasar adalah konsepsinya mengenai Grundnorm, suatu dalil akbar dan tidak dapat ditiadakan, yang menjadi tujuan dari semua jalan hukum, bagaimana berputar-putarnya pun jalan itu (Allen, 1958:51). Dengan demikian, maka dalil akbar yang disebut sebagai Grundnorm itu kecuali berfungsi sebagai dasar, juga sebagai tujuan yang harus diperhatikan oleh setiap hukum atau peraturan yang ada. Semua hukum yang berada dalam kawasan rejim Grundnorm tersebut harus bisa mengait padanya, oleh karena itu ia bisa juga dilihat sebagai induk yang melahirkan peraturan-peraturan hukum dalam suatu tatanan sistem tertentu. Grundnorm ini tidak perlu sama untuk setiap tata hukum; tetapi ia selalu akan ada di situ, apakah dalam bentuk tertulis, ataukah sebagai suatu pernyataan yang tidak tertulis.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Grundnorm ini merupakan semacam bensin yang menggerakkan seluruh sistem hukum. Dialah yang menjadi dasar mengapa hukum itu harus dipetuhi dan dia pula yang memberikan pertanggungjawaban, mengapa hukum di situ harus dilaksanakan. Oleh karena itu ia lebih merupakan suatu dalil daripada peraturan biasa. Dalil itu akan tetap menjadi dasar dari tata hukum manakala orang mempercayai, mengakui dan mematuhinya. Tetapi apabila orang sudah mulai menggugat kebenaran dari dalil akbar tersebut, maka keseluruhan bangunan hukumnya pun akan runtuh. Inilah yang disebut revolusi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Dalam teori Kelsen, sejak mulai dari kelahiran “hipotesi perdana” (initial hypothesis) yang disebut Grundnorm tersebut, maka proses selanjutnya pun berputarlah sudah. Yang disebut sebagai proses di sisni adalah proses konkretisasi setapak demi setapak, mulai dari norma dasar itu dan penerapannya terhadap situasi tertentu. Proses ini melahirkan <strong>Stufentheorie,</strong> yaitu yang melihat tata hukum sebagai suatu proses menciptakan sendiri norma-norma, dari mulai norma-norma yang umum sampai kepada yang lebih konkrit, sampai kepada yang paling konkrit. Pada ujung terakhir proses ini, sanksi hukum lalu berupa izin yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau memaksakan suatu tindakan. Dalam hal ini apa yang semula berupa sesuatu yang “seharusnya”, kini telah menjadi sesuatu yang “boleh” dan “dapat” dilakukan (Dias, 1976:503).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Teori Kelsen dapat dirumuskan sebagai “suatu analisis tentang struktur hukum positif, yang dilakukan seeksak mungkin, suatu analisis yang bebas dari semua pendapat (judgements) etik atau politik mengenai nilai” (Allen, 1958:52). Kritik yang ditujukan kepada teori Kelsen yang positivistis, realistis dan murni itu, di antaranya didorong oleh pemikiran, bahwa teori yang demikian itu akan terlalu menekankan pada hukum sebagai konsep-konsep, yang mengutamakan studi terhadap hukum sebagai suatu Deutungsschema yang kait mengait secara logis tanpa cacat dan melupakan nilai kemanusiaannya (Allen, 1958:54). Pengikut-pengikut Kelsen tertentu menghawatirkan, bahwa teori itu akan terjatuh menjadi Begriffsjurisprudenz yang kering. Yang disebut terakhir ini mengembangkan ilmu hukum dari konsep-konsep yang ada melalui suatu penalaran logis semata, sehingga menimbulkan kesan tentang adanya suatu kekuatan dari hukum untuk melakukan suatu ekspansi logis.(Scholten, 1954:61). Ekspansi ini semata-mata didasarkan pada penalaran logis dan tidak memperhatikan segi manusiawi dari konstruksinya, sehingga diperoleh hasil yang secara logis benar, tetapi secara menusiawi mungkin merupakan keanehan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal"> <br /></p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-605497165603165152011-06-19T20:01:00.002+07:002011-06-19T20:02:02.958+07:00TEORI HUKUM<div class="entry-content"> <div class="entry-body"> <span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: rgb(0, 0, 0); font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Lucida Grande','Trebuchet MS',Verdana,Helvetica,Arial,sans-serif; font-size: 13px; text-align: left;"><p style="line-height: 1.4;"><span style="color:#333399;">Teori ilmu hukum juga bertujuan untuk menjelaskan kejadian-kejadian dalam bidang hukum dan mencoba untuk memberikan penilaian. Menurut Radburch tugas dari teori hukum adalah membikin jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada dasar-dasar filsafat yang paling dalam.2)</span><br /><span style="color:#333399;">Teori hukum merupakan kelanjutan dari usaha untuk mempelajari hukum positif. Teori hukum menggunakan hukum positif sebagai bahan kajian dengan telaah filosofis sebagai salah satu sarana bantuan untuk menjelaskan tentang hukum.<br />Teori hukum dipelajari sudah sejak zaman dahulu, para ahli hukum Yunani maupun Romawi telah membuat pelbagai pemikiran tentang hukum sampai kepada akar-akar filsafatnya. Sebelum abad kesembilan belas, teori hukum merupakan produk sampingan yang terpenting dari filsafat agama, etika atau politik. Para ahli fikir hukum terbesar pada awalnya adalah ahli-ahli filsafat, ahli-ahli agama, ahli-ahli politik. Perubahan terpenting filsafat hukum dari para pakar filsafat atau ahli politik ke filsafat hukum dari para ahli hukum, barulah terjadi pada akhir-akhir ini. Yaitu setelah adanya perkembangan yang hebat dalam penelitian, studi teknik dan penelitian hukum. Teori-teori hukum pada zaman dahulu dilandasi oleh teori filsafat dan politik umum. Sedangkan teori-teori hukum modern dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. Perbedaannya terletak dalam metode dan penekanannya. Teori hukum para ahli hukum modern seperti teori hukum para filosof ajaran skolastik, didasarkan atas keyakinan tertinggi yang ilhamnya datang dari luar bidang hukum itu sendiri.Teori-Teori Hukum Pada Zaman Yunani-Romawi<br />Plato (427-347 sebelum Masehi) beranggapan bahwa hukum itu suatu keharusan dan penting bagi masyarakat. Sebagaimana yang dituliskannya dalam “The Republik”, hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat. Pelaksanaan keadilan dipercayakan kepada para pengatur pemerintahan yang pendidikan serta kearifannya bersumber pada ilham merupakan jaminan untuk terciptanya pemerintahan yang baik.3) Dan pada karyanya yang telah diperbaharui Plato mulai mengusulkan “negara hukum” sebagai alternatif suatu sistem pemerintahan yang lebih baik, dengan konsepnya mengenai negara keadilan yang dijalankan atas dasar norma-norma tertulis atau undang-undang.<br />Aristoteles (384-322 sebelum Masehi) adalah murid Plato yang paling termasyur. Ia adalah seorang pendidik putra raja yang bernama Aleksander Agung. Menurut Aristoteles hukum harus ditaati demi keadilan, dan ini dibagi menjadi hukum alam dan hukum positif. Hukum alam menurut Aristoteles merupakan aturan semesta alam dan sekaligus aturan hidup bersama melalui undang-undang. Pada Aristoteles hukum alam ditanggapi sebagai suatu hukum yang berlaku selalu dan dimana-mana karena hubungannya dengan aturan alam. Hukum positif adalah semua hukum yang ditentukan oleh penguasa negara. Hukum itu harus selalu ditaati, sekalipun ada hukum yang tidak adil.<br />Aristoteles juga membedakan antara keadilan “distributif” dan keadilan “korektif” atau “remedial”. Keadilan distributif mengacu kepada pembagian barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya didalam masyarakat, dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before the law). Keadilan jenis ini menitikberatkan kepada kenyataan fundamental dan selalu benar, walaupun selalu dikesampingkan oleh hasrat para filsuf hukum untuk membuktikan kebenaran pendirian politiknya, sehingga cita keadilan secara teoritis tidak dapat memiliki isi yang tertentu sekaligus sah. Keadilan yang kedua pada dasarnya merupakan ukuran teknik dari prinsip-prinsip yang mengatur penerapan hukum. Dalam mengatur hubungan hukum harus ditemukan suatu standar yang umum untuk memperbaiki setiap akibat dari setiap tindakan, tanpa memperhatikan pelakunya dan tujuan dari perilaku-perilaku dan obyek-obyek tersebut harus diukur melalui suatu ukuran yang obyektif.<br />Selanjutnya Aristoteles memberikan pembedaan terhadap keadilan abstrak dan kepatutan. Hukum harus menyamaratakan dan banyak memerlukan kekerasan didalam penerapannya terhadap masalah individu. Kepatutan mengurangi dan menguji kekerasan tersebut, dengan mempertimbangkan hal yang bersifat individual.4)</span></p><p style="line-height: 1.4;"><span style="color:#333399;"><strong>Pada Abad Pertengahan</strong><br />Thomas Aquinas (1225-1275) adalah seorang rohaniawan Gereja Katolik yang lahir di Italia, belajar di Paris dan Kolin dibawah bimbingan Albertus Magnus.<br />Didalam membahas arti hukum, Thomas Aquinas mulai dengan membedakan antara hukum-hukum yang berasal dari wahyu dan hukum-hukum yang dijangkau oleh akal budi manusia sendiri. Hukum yang didapati dari wahyu disebut hukum Ilahi (ius divinum positivum). Hukum yang diketahui berdasarkan kegiatan akal budi ada beberapa macam. Pertama-tama ada hukum alam (ius nature), kemudian juga hukum bangsa-banga (ius gentium), akhirnya hukum positif manusiawi (ius positivum humanum).<br />Tentang hukum yang berasal dari wahyu dapat dikatakan, bahwa hukum mendapat bentuknya dalam norma-norma moral agama. Seringkali norma-norma itu sama isinya dengan norma-norma yang umumnya berlaku dalam hidup manusia.<br />Untuk dapat menjelaskan hukum alam, Thomas Aquinas bertolak dari ide-ide dasar Aristoteles. Aturan alam semesta tergantung dari Tuhan yang menciptakannya. Oleh karena itu aturan alam ini harus berakar dalam suatu aturan abadi (lex aeterna), yang terletak dalam hakekat Allah sendiri. Hakekat Allah itu adalah pertama-tama Budi Ilahi yang mempunyai ide mengenai segala ciptaan. Budi Ilahi praktis membimbing segala-galanya kearah tujuannya. Semesta alam diciptakan dan dibimbing oleh Allah, tetapi lebih-lebih manusia beserta kemampuannya untuk memahami apa yang baik dan apa yang jahat dan kecenderungan untuk membangun hidupnya sesuai dengan aturan alam itu. Oleh karena itu untuk hukum alam, Thomas Aquinas pertama-tama memaksudkan aturan hidup manusia , sejauh didiktekan oleh akal budinya. Hukum alam yang terletak dalam akal budi manusia itu (lex naturalis) tidak lain daripada suatu pertisipasi aturan abadi dalam ciptaan rasional.<br />Hukum alam yang oleh akal budi manusia ditimba dari aturan alam, dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : hukum alam primer dan hukum alam sekunder. Hukum alam primer dapat dirumuskan dalam norma-norma yang karena bersifat umum berlaku bagi semua manusia. Hukum alam sekunder dapat diartikan dalam norma-norma yang selalu berlaku in abstracto, oleh karena langsung dapat disimpulkan dari norma-norma hukum alam primer, tetapi dapat terjadi juga adanya kekecualian berhubung adanya situasi tertentu. Thomas Aquinas membedakan antara keadilan distributif, keadilan tukar-menukar dan keadilan legal. Keadilan distributif menyangkut hal-hal umum. Keadilan tukar-menukar menyangkut barang yang ditukar antara pribadi seperti misalnya jual beli. Keadilan legal menyangkut keseluruhan hukum, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua keadilan tadi terkandung keadilan legal.5)</span></p><p style="line-height: 1.4;"><span style="text-decoration: underline;"><span style="color:#333399;"><strong>Teori-Teori Pada Abad XIX dan Selanjutnya</strong></span></span></p><p style="line-height: 1.4;"><span style="color:#333399;"><br /><strong>Positivisme dan Utilitarianisme</strong><br />Selama abad XIX manusia semakin sadar akan kemampuannya untuk mengubah keadaan dalam segala bidang. Dalam abad ini pula muncul gerakan positivisme dalam ilmu hukum.<br />Oleh H.L.A Hart (lahir tahun 1907), seorang pengikut positivisme diajukan berbagai arti dari positivisme sebagai berikut :6)<br />1. Hukum adalah perintah.<br />2. Analisis terhadap konsep-konsep hukum adalah usaha yang berharga untuk dilakukan. Analisis yang demikian ini berbeda dari studi sosiologis dan historis serta berlainan pula dari suatu penilaian kritis.<br />3. Keputusan-keputusan dapat dideduksikan secara logis dari peraturan-peraturan yang sudah ada terlebih dahulu, tanpa perlu menunjuk kepada tujuan-tujuan sosial, kebijakan serta moralitas.<br />4. Penghukuman (judgement) secara moral tidak dapat ditegakkan dan dipertahankan oleh penalaran rasional, pembuktian atau pengujian.<br />5. Hukum sebagaimana diundangkan, ditetapkan, positum, harus senantiasa dipisahkan dari hukum yang seharusnya diciptakan, yang diinginkan. Inilah yang sekarang sering kita terima sebagai pemberian arti terhadap positivisme ini.<br />Berbeda dengan John Austin (1790-1859), yang menyatakan bahwa hukum adalah sejumlah perintah yang keluar dari seorang yang berkuasa didalam negara secara memaksakan, dan biasanya ditaati. Satu-satunya sumber hukum adalah kekuasaan tertinggi didalam suatu negara. Sumber-sumber yang lain disebutnya sebagai sumber yang lebih rendah (subordinate sources).<br />John Austin mengartikan ilmu hukum sebagai teori hukum positif yang otonom dan dapat mencukupi dirinya sendiri. Menurut John Austin, tugas dari ilmu hukum hanyalah untuk menganalisa unsur-unsur yang secara nyata ada dari sistem hukum modern. Sekalipun diakui ada unsur-unsur yang bersifat histeris didalamnya, namun unsur-unsur tersebut telah diabaikan dari perhatian. Hukum adalah perintah dari kekuasaan politik yang berdaulat didalam suatu negara.<br />Jeremy Bentham (1748-1832) adalah seorang penganut utilitarian yang menggunakan pendekatan tersebut kedalam kawasan hukum. Dalilnya adalah bahwa manusia itu akan berbuat dengan cara sedemikian rupa sehingga ia mendapatkan kenikmatan yang sebesar-besarnya dan menekan serendah-rendahnya penderitaan.7)Tujuan akhir dari perundang-undangan adalah untuk melayani kebahagiaan paling besar dari sejumlah terbesar rakyat.<br />Rudolph von Jhering sering disebut sebagai “social utilitarianism”. Ia mengembangkan segi-segi positivisme dari John Austin dan menggabungkannya dengan prinsip-prinsip utilitarianisme dari Jeremy Bentham dan John Stuart Mill.<br />Rudolph von Jhering memusatkan perhatian filsafat hukumnya kepada konsep tentang “tujuan”, seperti dikatakannya didalam salah satu bukunya yaitu bahwa tujuan adalah pencipta dari seluruh hukum, tidak ada suatu peraturan hukum yang tidak memiliki asal-usulnya pada tujuan ini, yaitu pada motif yang praktis. Menurutnya hukum dibuat dengan sengaja oleh manusia untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Ia mengakui bahwa hukum itu mengalami suatu perkembangan sejarah, tetapi menolak pendapat para teoritisi aliran sejarah, bahwa hukum itu tidak lain merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan historis murni yang tidak direncanakan dan tidak disadari. Hukum terutama dibuat dengan penuh kesadaran oleh negara dan ditujukan kepada tujuan tertentu.8)<br />John Stuart Mill berpendapat hampir sama dengan jeremy bentham, yaitu bahwa tindakan itu hendaklah ditujukan kepada tercapainya kebahagiaan. Standar keadilan hendaknya didasarkan kepada kegunaannya. Akan tetapi Ia berpendapat, bahwa asal usul kesadaran akan keadilan itu tidak ditemukan pada kegunaan, melainkan pada dua sentimen, yaitu rangsangan untuk mempertahankan diri dan perasaan simpati. Menurut John Stuart Mill, keadilan bersumber pada naluri manusia untuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri, maupun oleh siapa saja yang mendapatkan simpati dari kita. Perasaan keadilan akan memberontak terhadap kerusakan, penderitaan, tidak hanya atas dasar kepentingan individual, melainkan lebih luas dari itu, sampai kepada orang-orang lainyang kita samakan dengan diri kita sendiri. Hakikat keadilan dengan demikian, mencakup semua persyaratan moral yang sangat hakiki bagi kesejahteraan umat manusia.9)</span></p><p style="line-height: 1.4;"><span style="color:#333399;"><strong>Teori Hukum Murni</strong><br />Hans Kelsen (1881-1973),adalah pelopor aliran ini. Bukunya yang terkenal adalah Reine Rechslehre (ajaran hukum murni).Teori hukum murni ini lazim dikaitkan dengan Mazhab Wina. Mazhab Wina mengetengahkan dalam teori hukum pencarian pengetahuan yang murni, dalam arti yang paling tidak mengenal kompromi, yaitu pengetahuan yang bebas dari naluri, kekerasan, keinginan-keinginan dan sebagainya.<br />Teori hukum murni juga tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu politik, sosiologi, sejarah dan pembicaraan tentang etika. Dasar-dasar pokok teori Hans Kelsen adalah sebagai berikut :10)<br />1. Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk mengurangi kekalutan dan meningkatkan kesatuan (unity)<br />2. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak, keinginan. Ia adalah pengetahuan tentang hukum yang ada, bukan tentang hukum yang seharusnya ada<br />3. Ilmu hukum adalah normatif, bukan ilmu alam<br />4. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan dengan persoalan efektifitas norma-norma hukum<br />5. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang spesifik<br />6. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu adalah seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.<br />Salah satu ciri yang menonjol pada teori hukum murni adalah adanya suatu paksaan. Setiap hukum harus mempunyai alat atau perlengkapan untuk memaksa. Negara dan hukum dinyatakan identik, sebab negara hanya suatu sistem perilaku manusia dan pengaturan terhadap tatanan sosial. Kekuasaan memaksa ini tidak berbeda dengan tata hukum, dengan alasan bahwa didalam suatu masyarakat hanya satu dan bukan dua kekuasaan yang memaksa pada saat yang sama.<br />Bagian lain dari teori Hans Kelsen yang bersifat dasar adalah konsepsinya mengenai Grundnorm, yaitu suatu dalil yang akbar yang tidak dapat ditiadakan yang menjadi tujuan dari semua jalan hukum bagaimanapun berputar-putarnya jalan itu. Grundnorm merupakan induk untuk melahirkan peraturan-peraturan hukum dalam suatu tatanan sistem tertentu.</span></p></span></span> </div> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-66553983617961182542011-06-10T13:16:00.003+07:002011-06-10T13:17:15.670+07:00Teori Sosiologi klasik<p>Mempelajari ilmu sosiologi tidak akan dapat terlepas pula dari mempelajari mata kuliah teori sosiologi baik yang klasik maupun yang modern. Dengan demikian Anda sebagai mahasiswa sosiologi mempunyai kewajiban untuk mempelajari dan juga memahami tentang landasan teori dari konsep-konsep sosiologi yang sudah dan yang akan Anda pelajari dalam mata kuliah-mata kuliah lainnya.</p> <p>Mata kuliah Teori Sosiologi Klasik ini merupakan dasar untuk mempelajari mata kuliah <a title="Teori Sosiologi Modern" href="http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/teori-sosiologi-modern/">Teori Sosiologi Modern</a>, karena pemikiran dari para tokoh yang dikategorikan dalam teori sosiologi klasik banyak mempengaruhi bahkan menjadi dasar berpijak dari munculnya teori-teori dari para tokoh yang kemudian dikategorikan dalam teori sosiologi modern. Pemikiran-pemikiran serta konsep-konsep para tokoh sosiologi klasik dapat dikatakan sampai kapan pun akan terus menjadi payung dari munculnya teori-teori baru di kemudian hari, atau dapat juga dikatakan sosiologi klasik itu tidak akan pernah hilang dari khasanah perkembangan ilmu sosiologi.</p> <p>Dalam teori sosiologi klasik akan dibahas latar belakang dari perkembangan teori sosiologi dan riwayat hidup dari para tokoh sosiologi klasik serta pemikiran-pemikiran mereka. Berawal dari modul pertama pembahasan akan mengetengahkan materi tentang teori sosial dalam konteks sosiologi kemudian dilanjutkan dengan materi tentang sejarah teori sosiologi klasik yang akan dikemukakan pada modul kedua. Sesuai dengan perkembangan masyarakat yang terjadi pada abad ke-20 maka teori sosiologi pun juga mengalami perkembangan, dimana akan dibahas tentang teori sosiologi menjelang abad ke-20 dan perkembangannya setelah pertengahan abad ke-20, semua itu akan dijelaskan pada modul ketiga.</p> <p>Agar Anda dapat mengetahui secara lebih jelas tentang tokoh sosiologi klasik maka pada modul-modul berikutnya yang dimulai dari modul empat sampai modul dua belas, akan disajikan pembahasan tentang tokoh-tokoh dari teori sosiologi klasik. Pembahasan akan berawal dari Auguste Comte, Hebert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, Georg Simmel, Karl Mannheim, Robert Ezra Park, dan juga Alfred Schutz . Setiap pembahasan akan diuraikan tentang riwayat hidup masing-masing tokoh, yang kemudian dilanjutkan pula tentang pemikiran teoritis mereka masing-masing.</p> <p><span lang="SV">Para sosiolog Amerika awal beraliran politik liberal dan tidak konservatif seperti kebanyakan teoritisi Eropa awal. Menurut Schwendinger dan Schwendinger (1974) menyatakan bahwa teori sosiologi Amerika awal membantu merasionalkan eksploitasi, imperialisme domestik dan internasional, serta ketimpangan sosial. Dengan demikian, liberalisme politik sosiolog awal ini mengandung implikasi konservatif yang sangat besar.</span><span lang="SV">Beberapa faktor yang berperan penting dalam perkembangan teori Amerika adalah industrialisasi dan urbanisasi. Roescoe Hinkle (1980) dan E. Fuhrman (1980) melukiskan beberapa konteks dasar yang mendorong bangunan teori yang menyangkut <a title="perubahan sosial" href="http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/perubahan-sosial/">perubahan sosial</a>. Sementara Arthur Vidich dan Stanford Lyman (1985) menunjukkan besarnya pengaruh Kristen, terutama ajaran Protestan, terhadap kemunculan sosiologi Amerika. Menurutnya, sosiologi merupakan â€?respon moral dan intelektual terhadap masalah kehidupan dan terhadap pemikiran lembaga dan keyakinan orang Amerikaâ€?</span><span lang="SV">Ciri lain sosiologi Amerika awal adaah berpaling dari perspektif historis dan searah dengan orientasi positivistik atau â€?ilmiahâ€?. Sosiolog Amerika lebih cenderung mengarah pada upaya studi ilmiah terhadap proses-proses sosial jangka pendek daripada membuat interpretasi perubahan historis jangka panjang. Kebanyakan teoritisi Eropa menciptakan teori sosiologi, sedangkan teoritisi Amerika memanfaatkan landasan teoritis yang sudah disediakan itu.</span><span lang="SV">Berikut tokoh-tokoh yang secara historis berpengaruh terhadap teori sosiologi:</span><strong><span lang="SV">Spencer</span></strong><span lang="SV"> <strong>(1820-1903)</strong>. Spencer lebih berpengaruh terhadap sosiologi Amerika awal dikarenakan Spencer menulis dalam bahasa Inggris, sedangkn teoritisi lain tidak. Selain itu ia menulis dalam pengertian nonteknis yang menyebabkan karyanya mudah diterima oleh kalangan yang lebih luas. Teorinya bersifat menerangkan bagi masyarakat yang tengan menjalani proses industrialisasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>William Graham Sumner (1840-1910)</strong>. Pada dasarnya ia menganut pemikiran <em>survival of the fittest</em> dalam memahami dunia sosial. Seperti Spencer, ia melihat manusia berjuang melawan lingkungannya dan yang paling kuatlah yang akan berhasil mempertahankan hidupnya. Sistem teoritis ini cocok dengan perkembangan kapitalisme karena menyediakan legitimasi teoritis bagi ketimpangan kekuasaan dan kekayaan yang ada.</p> <p><strong><span lang="DE">Lester F. Ward (1841-1913)</span></strong><span lang="DE">. Ward menerima gagasan bahwa manusia berkembang dari bentuk yang lebih rendah ke statusnya yang seperti sekarang. Ia yakin bahwa masyarakat kuno ditandai oleh kesederhanaan dan kemiskinan moral, sedangkan masyarakat modern lebih kompleks, lebih bahagia dan mendapatkan kebebasan lebih besar. Menurutnya, sosiologi tidak hanya bertugas meneliti kehidupan sosial saja, tetapi harus pula menjadi lmu terapan. Sosiologi terapan ini meliputi kesadaran yang menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.</span></p> <p><strong><span lang="DE">Thorstein Veblen (1857-1929)</span></strong><span lang="DE">. Arti penting gagasannya terdapat dalam bukunya yang berjudul <em>The Theory of the Leisure Class</em> (1899/1994) memfokuskan pada konsumsi, bukannya produksi. Jadi karya ini mengantisipasi pergeseran dalam teori sosiologi dewasa ini yang berpindah dari fokus produksi menuju fokus konsumsi.</span><strong><span lang="DE">Aliran Chicago</span></strong><strong><span lang="DE">Albion Small (1848-1926)</span></strong><span lang="DE">. Pendiri Jurusan Sosiologi Universitas Chicago tahun 1892. Pendapatnya mengarah kepada pandangan bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada reformasi sosial dan pandangan ini digabungkan dengan keyakinan bahwa sosiologi haruslah selalu ilmiah.</span><strong><span lang="DE">W.I. Thomas (1863-1947)</span></strong><span lang="DE">. Pernyataan utamanya mucul pada tahun 1918 dengan diterbitkannya hasil riset ilmiah bersama Florian Znaniecki berjudul <em>The Polish Peasant in Europe and America</em>. Martin Bulmer melihatnya sebagai studi “landmark“ karena hasil studinya itu â€?memindahkan sosiologi dari teori abstrak dan riset kepustakaan ke studi dunia empiris dengan menggunakan sebuah kerangka teoritis. Selain itu terdapat juga pernyataan psikologi sosialnya yang paling terkenal adalah: “Bila manusia mendefinisikan situasi sebagai nyata, maka akibatnya adalah nyata.“ Penekanannya adalah pada arti penting apa yang dipikirkan orang dan bagaimana pikirannya itu mempengaruhi apa yang mereka kerjakan. Sasaran perhatian psikologi sosial mikroskopik ini bertolak belakang dengan sasaran perhatian perspektif struktur sosial dan kultural pemikir Eropa seperti Marx, Weber, dan Durkheim. Inilah salah satu ciri khas produk teoritis aliran Chicago – <a title="interaksionisme simbolik" href="http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/interaksionisme-simbolik/">interaksionisme simbolik</a>.</span><strong><span lang="DE">Robert Park (1864-1944)</span></strong><span lang="DE">. Ia mengembangkan minat yang besar dari aliran Chicago terhadap ekologi urban. </span>Bersama Ernest W. Burgess, 1921, ia menerbitkan buku ajar sosiologi pertama yang berjudul <em>An Introduction to The Science of Sociology</em><strong>.</strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>Charles Horton Cooley (1864-1929). </strong><span lang="FI">Ia mempelajari tentang aspek psikologi sosial dari kehidupan sosial. </span>Cooley menekuni tentang kesadaran. Yang terkenal adalah konsep cermin diri (<em>the looking glass self</em>), yang menyatakan bahwa manusia memiliki kesadaran dan kesadaran itu terbentuk dalam interaksi sosial yang berlanjut. Selain itu adalah konsep kelompok primer, yakni kelompok yang hubungan antara anggotanya sangat akrab dan bertatap muka dalam arti saling mengenal kepribadian masing-masing. Baik Cooley maupun Mead menolak pandangan <em>behavioristik</em> tentang manusia, pandangan yang menyatakan manusia (individu) memberikan respon secara membabi buta dan tanpa kesadaran terhadap rangsangan dari luar. Ia menganjurkan sosiolog mencoba menempatkan diri di tempat aktor yang diteliti dengan menggunakan metode <em>introspeksi simpatetik</em> untuk menganalisis kesadaran itu. Sosiologi seharusnya memusatkan perhatian pada fenomena psikologi sosial seperti kesadaran, tindakan, dan interaksi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>George Herbert Mead (1863-1931)</strong>. Pemikiran Mead perlu dilihat dalam konteks behaviorisme psikologi tentang pemusatan perhatian pada aktor dan perilakunya. Setelah kematian Mead dan pindahnya Park, mulai memudar Sosiologi Chicago.</p> <p><strong></strong><strong></strong><span lang="FI">Selain itu, sekelompok wanita juga membentuk organisasi reformasi sosial serta mengembangkan teori sosiologi rintisan. Diantara wanita itu adalah Jane Adams (1860-1935), C. P. Gilman (1860-1935), A. J. Cooper (1858-1964), Ida W. Barnett (1862-1931), Marianne Weber (1870-1954) dan B.P. Webb (1858-1943). Ciri-ciri utama teori mereka yang sebagian dapat menjelaskan bahwa teori itu mereka kemukakan dalam rangka upaya membangun sosiologi profesional. Karena perkembangan disiplin sosiologi meminggirkan sosiolog dan teoritisi sosiologi wanita, metode riset mereka sering dipadukan dengan praktik yang mereka lakukan sendiri, dan aktivitas para wanita itu dijadikan sebagai alasan untuk menetapkan mereka sebagai â€?bukan sosiologâ€?.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span lang="SV">W.E.B. Du Bois (1868-1963) dan Teori Ras</span></strong><span lang="SV">. Ia tertarik pada ide-ide abstrak demi melayani hak-hak sipil, terutama untuk orang-orang Afrika Amerika. </span>Studinya, <em>The Philadelphia Negro</em> (1899/1996), terhadap tujuh distrik di Philadelphia dan terkenal sebagai etnografi rintisan. Teorinya yang terkenal <em>The Soul of Black Folk </em>serta <em>veil </em>(selubung) yang menciptakan separasi yang jelas antara orang Afrika-Amerika dan kulit putih. Selain itu teori kesadaran ganda (<em>double conciousness</em>), perasaan akan “ke-dua-anâ€?<span> </span>atau perasaan di pihak Afrika-Amerika yang melihat dan mengukur diri sendiri melalui mata orang lain.</p> <p><strong>Teori Sosiologi Hingga Pertengahan Abad 20</strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>Pitirim Sorokin (1889-1968)</strong>. Ia mendirikan jurusan sosiologi di Harvard dan mengangkat Talcot Parsons sebagai instruktur sosiologi.</p> <p><strong><span lang="SV">Talcot Parsons (1902-1979)</span></strong><span lang="SV">. </span>Pada tahun 1937, ia menerbitkan buku yang berjudul <em>The Structure of Social Action. </em>Buku ini penting karena: pertama, memperkenalkan teori-teori besar Eropa ke kalangan luas di Amerika. Kedua, Ia memusatkan perhatian pada karya Durkheim, Weber,dan Pareto. Ketiga, menjadi tonggak penyusunan teori sosiologi sebagai kegiatan sosiologi yang penting dan sah. Keempat, Ia menekankan penyusunan teori sosiologi khusus yang telah berpengaruh besar terhadap sosiologi. <span lang="SV">Ia lebih memusatkan perhatianpada sistem sosial dan fungsionalis struktural. Kekuatannya terletak pada hubungan antara struktur sosial berskala besar dan pranata sosial. Buku lainnya berjudul <em>The Social System</em>(1951), berkonsentrasi pada struktur masyarakat dan pada antarhubungan berbagai struktur itu. Perubahan dipandang sebagai proses yang teratur dan Parsons akhirnya menerima pemikiran neorevolusioner tentang perubahan sosial.</span></p> <p><strong><span lang="SV">George Homans (1910-1989)</span></strong><span lang="SV">. Ia mencetuskan teori Pareto dan kemudian dijadikan buku yang bejudul <em>An Introduction to Pareto</em> (ditulis bersama Charles Curtis) tahun 1934. Selain itu, ia mengemukakan teori behaviorisme psikologi. Berdasarkan perspektif ini, ia membangun teori pertukaran.</span><span lang="SV">Di sini Harvard dan produk teoritis utamanya, fungsionalisme struktural, menjadi dominan dalam sosiologi di akhir tahun 1930-an dan menggantikan aliran Chicago dan interaksionisme simbolik.</span><strong><span lang="SV">Herbert Blumer (1900-1987)</span></strong><span lang="SV">. Ia menciptakan ungkapan <em>symbolic interactionism</em> pada tahun 1937.</span><span lang="SV">Pada tahun 1900-an hingga 1930-an teori Marxian berkembang, disertai kemunculan aliran kritis atau aliran Frankfurt. Teori kritis menggabungkan pemikiran Marx dan Weber yang menciprakan istilah â€?Marxisme Weberianâ€?. Aliran ini menggunakan teknik penelitian ilmiah yang dikembangkan oleh sosiolog Amerika untuk meriset masalah minat terhadap pemikiran Marxis. Teoritisi kritis berupaya menyatukan teori yang berorientasi Freudian dengan pemikiran Marx dan Weber di tingkat sosialdan kultural.</span><strong><span lang="SV">Karl Manheim (1893-1947)</span></strong><span lang="SV">. Ia terkenal karena membedakan antara dua sistem gagasan – <em>ideologi</em> dan <em>utopia</em>. Ideologi adalah sistem gagasan yang mencoba menyembunyikan dan melestarikan keadaan kini dengan menginterpretasikannya dari sudut pandang masa lalu. Sebaliknya, utopia adalah sistem gagasan yang mencoba melampaui keadaan kini dengan memusatkan perhatian pada masa datang.</span><strong><span lang="IT">Teori Sosiologi dari Pertengahan Abad 20</span></strong><strong></strong><strong></strong><span lang="IT">Era 1940-an dan 1950-an adalah tahun paradoks antara puncak dominasi dan awal kemerosotan fungsionalisme struktural.</span><strong><span lang="IT">George Huaco (1986)</span></strong><span lang="IT"> mengaitkan pertumbuhan dan kemerosotan fungsionalisme struktural dengan posisi masyarakat Amerika dalam tatanan dunia.</span><strong><span lang="IT">C. Wright Mills (1916-1962)</span></strong><span lang="IT">. Ia menerbitkan dua karya utama: pertama, <em>White Collar</em> yakni pekerja berkerah putih. Kedua, <em>The Power Elite </em>(1956) merupakan buku yang menunjukkan betapa Amerika didominasi oleh sekelompok kecil pengusaha, politisi dan pimpinan tentara. </span>Selain itu, ia menerbitkan buku yang berjudul <em>The Sosiological Imagination</em> (1959). <span lang="SV">Buku ini mengandung kritikan keras Mills terhadap Parsons dan terhadap praktik teori besarnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong>Dahrendorf </strong>. Karya utamanya <em>Class and Class Conflict in Indutrial Society</em> (1959) berpengaruh dalam teori konflik karena banyak menggunakan logika struktural-fungsional yang memang sesuai dengan logika sosiolog aliran utama.</p> <p><strong><span lang="SV">George Homans (1910-1989)</span></strong><span lang="SV">. Lahirnya teori pertukaran dan ia menggunakan pendekatan behaviorisme paikologi Skinner. Ia menerbitkan buku <em>Social Behavior: Its Elementary Forms</em>. Menurutnya jantung sosiologi terletak dalam studi interaksi dan perilaku individual. Perhatian utamanya lebih tertuju pada pola-pola penguatan (<em>reinforcement</em>), sejarah imbalan (<em>reward</em>), dan biaya (<em>cost</em>) yang menyebabkan orang melakukan apa-apa yang mereka lakukan.</span></p> <p><strong><span lang="SV">Erving Goffman (1922-1982)</span></strong><span lang="SV">. Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku <em>Presentation of Self in Everiday Life</em>, diterbitkan tahun 1959. Menurutnya interaksi dilihat sangat rapuh, dipertahankan oleh kinerja sosial. Kinerja sosial yang buruk atau kacau merupakan ancaman besar terhadap interaksi sosial sebagaimana yang terjadi pada pertunjukan teater.</span><strong><span lang="SV">Alfred Schutz (1899-1959)</span></strong><span lang="SV">. Ia memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain sementara mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri. Ia juga menggunakan perspektif intersubjektivitas dalam pengertian lebih luas untuk memahami kehidupan sosial, terutama mengenai ciri sosial pengetahuan. Secara keseluruhan Schutz memusatkan perhatian pada hubungan dialektika antara cara individu membangun realitas sosial dan realitas kultural yang mereka warisi dari para pendahulu mereka dalam dunia sosial.</span><span lang="SV">Bila para sosiolog fenomenologi cenderung memusatkan perhatian pada apa yang dipikirkan orang, sosiolog etnometodologi mencurahkan perhatian pada studi terinci tentang percakapan orang. Etnometodologi pada dasarnya adalah studi tentang kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan (metode) yang dapat dipahami anggota masyarakat biasa dan yang mereka jadikan sebagai landasan untuk bertindak.</span><span lang="SV">Akhir 1960-an ditandai perkembangan teori Marxian dalam teori sosiologi Amerika. Dan berawal di penghujung 1970-an, muncul teori baru yang menantang teori sosiologi yang sudah mapan – dan bahkan menantang sosiologi Marxian sendiri. Cabang pemikiran sosial radikal terakhir inilah yang dimaksud dengan teori feminis kontemporer. Teori feminis melihat dunia dari sudut pandang wanita untuk menemukan cara yang signifikan, tetapi tak diakui dimana aktivitas wanita – yang disubordinasikan berdasarkan jender dan dipengaruhi oleh berbagai praktik stratifikasi seperti kelas, ras, umur, heteroseksual yang dipaksakan, dan ketimpangan geososial – membantu menciptakan dunia. Teori ini berinteraksi dengan perkembangan aliran post-strukturalis dan post-modern. Ketika strukturalisme tumbuh di dalam sosiologi, di luar sosiologi berkembang pula <em>post-strukturalisme</em>.</span><strong><span lang="SV">Michael Foucault (1926-1984)</span></strong><span lang="SV">. Ia memusatkan perhatian pada struktur, tetapi kemudian ia beralih keluar struktur, memusatkan perhatian pada kekuasaan dan hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan.</span><strong><span lang="SV">Perkembangan Terkini dalam Teori Sosiologi</span></strong><strong></strong><span lang="SV">Banyak karya dalam teori sosiologi Amerika yang memusatkan perhatian pada hubungan antara teori-teori mikro dan makro serta menyatukan antara berbagai tingkat analisis. Ada empat tingkatan utama analisis sosial yang harus dijelaskan menurut cara yang terintegrasi: subjektivitas makro, objektivitas makro, subjektivitas mikro, dan objektivitas mikro.</span><span lang="SV">Sejalan dengan pertumbuhan minat terhadap analisis integrasi mikro-makro di Amerika, di Eropa orang memusatkan perhatian pada analisis integrasi agen-struktur. Ada empat upaya analisis utama dalam teori sosial Eropa masa kini yang dapat dihimpun:</span></p> <ul><li><span lang="SV">Teori strukturisasi <strong>Anthony Gidden</strong> (1984), melihat agen dan struktur sebagai dualitas, artinya keduanya dapat dipisahkan satu sama lain.</span></li><li><strong><span lang="SV">Margaret Archer</span></strong><span lang="SV"> (1982) menolak pendapat yang menyatakan agen dan struktur dapat dipandang sebagai dualitas, tetapi lebih melihatnya sebagai dualisme.</span></li><li><strong><span lang="SV">Piere Bourdieu</span></strong><span lang="SV"> dalam bukunya, masalah agen-struktur diterjemahkan menjadi pemusatan perhatian terhadap hubungan antara habitus dan bidang atau lapangan (<em>field</em>).</span></li><li><strong><span lang="SV">Jurgen Habermas</span></strong><span lang="SV"> menjelaskan masalah agen-struktur di bawah judul â€?kolonisasi kehidupan-duniaâ€?.</span><span lang="SV">Gerakan di atas membuka jalan untuk gerakan lebih luas menuju sintesis teoritis yang dimulai sekitar awal tahun 1990-an. Terdapat dua aspek khusus karya sistesis baru dalam teori sosiologi. Pertama, sintesis yang sangat luas dan tak terbatas pada upaya sintesis yang terpisah. Kedua, sintesis yang bertujuan menyintesiskan pemikiran teoritisi yang relatif sempit dan tidak mengembangkan teori sintesis besar yang meliputi semua teori sosiologi.</span><span lang="SV">Semua teoritisi klasik besar (Max, Weber, Durkheim, dan Simmel) memikirkan dunia modern.</span></li><li><span lang="SV"><strong>Anthony Giddens </strong>menggunakan istilah seperti modernitas â€?radikalâ€? atau â€?tinggiâ€?. Ia melihat modernitas sekarang sebagai â€?<em>juggernaut</em>â€? yang lepas kontrol. </span></li></ul> <p><span lang="SV">Menurut <strong>Ulrich Beck </strong>(1992), modernitas yang baru muncul ini paling tepat dilukiskan sebagai â€?masyarakat berisikoâ€?. <strong>Jurgen Habermas</strong> melihat modernitas sebagai proyek yang belum selesai. </span><span lang="SV">Sedangkan<em> post-modernitas</em> adalah sejarah baru yang dianggp telah menggantikan era modern atau modernitas. Teori sosial <em>post-modern</em> adalah cara berpikir baru tentang post-modernitas; dunia sudah demikian berbeda sehingga memerlukan cara berpikir yang sama sekali baru.</span><strong><span lang="SV">Teori-teori yang Perlu Diperhatikan di Awal Abad 21</span></strong><strong></strong><em><span lang="SV">Teori Sosial Multikultural</span></em><span lang="SV">Karakteristik teori multikultural adalah:</span></p> <ul><li><span lang="SV">Penolakan terhadap teori universalistik yang cenderung mendukung pihak yang kuat; teori multikultural berupaya memberdayakan pihak yang lemah.</span></li><li><span lang="SV">Teori multikultural mencoba menjadi inklusif, menawarkan teori atas nama kelompok-kelompok lemah.</span></li><li><span lang="SV">Teoritisi multikultural tidak bebas nilai; mereka sering menyusun teori atas nama pihak lemah dan bekerja di dunia sosial untuk mengubah struktur sosial, kultur dan prospek untuk individu.</span></li><li><span lang="SV">Teoritisi multikultural tidak hanya berusaha mengganggu dunia sosial tetapi juga dunia intelektual; mereka mencoba menjadikannya lebih terbuka dan beragam.</span></li><li><span lang="SV">Tidak ada usaha untuk menarik garis yang jelas antara teori dan tipe narasi lainnya.</span></li><li><span lang="SV">Teori multikultural sangat kritis; kritik itu adalah kritik terhadap diri dan kritik terhadap teoritisi lain serta terhadap dunia sosial.</span></li><li><span lang="SV">Teoritisi multikultural mengakui bahwa karya mereka dibatasi oleh sejarah tertentu, konteks kultural dan sosial tertentu, dimana mereka pernah hidup dalam konteks tersebut.</span></li></ul> <p><em><span lang="SV">Teori Sosial Post-Modern</span></em><em></em><span lang="SV">Teori ini cenderung mendefinisikan masyarakat post-modern sebagai masyarakat konsumen, dengan akibat bahwa konsumsi memainkan peran penting dalam teori itu.</span><em><span lang="SV">Teori Konsumsi</span></em></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Terdapat peningkatan dalam karya teoritis tentang konsumsi. </span>Sebagai contoh karya teoritis yang didasarkan pada setting dimana kita mengonsumsi, misalnya <em>Consuming Places </em>(Urry, 1995), <em>Enchanting a Disechanted World: Revolutionizing the Means of Consumption </em>(Humphery, 1998).</p> <p><em><span lang="SV">Teori Aktor-Jaringan</span></em></p> <p><em></em><span lang="SV">Teori ini sangat dipengaruhi oleh strukturalisme dan post-strukturalisme.</span><em><span lang="SV">Teori Globalisasi</span></em><em></em><span lang="SV">Teori ini muncul karena semakin mengglobalnya dunia sosial.</span><span lang="SV">Jadi, karena dunia sosial (dan intelektual) terus-menerus berubah, kita dapat mengantisipasi aliran perkembangan teori baru yang didesain untuk menjelaskan dan menangani perubahan-perubahan tersebut.</span></p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-36154915656369139062011-06-10T13:10:00.002+07:002011-06-10T13:10:44.172+07:00Teori Psikologi Adler<p>Tema-tama pokok dari teori psikologi Adler antaralain:</p> <p> (1) Mengenai perasaan Inferioritas, Adler mengemukakan dua sumber inferioritas yaitu inferioritas fisik dan inferioritas psikologis</p> <p> (a) Inferioritas fisik adalah rasa tidak lengkap oleh adanya kekurangan dalam tubuh. Dalam praktek kedokteran, Adler tertarik untuk menemukan jawaban mengapa orang yang terserang penyakit tertentu akan berusaha untuk mengatasinya. Ia menemukan bahwagangguan pada tubuh sebenarnya merupakan inferioritas dasar yang timbul karena hereditas atau kelainan dalam perkembangan.<br />Contoh terkenal adalah Demosthenes, seorang yang gagap ketika kanak-kanak, namun berkat latihan yang keras kemudian menjadi seorang orator ulung yang terkenal; Theodore Roosevelt, yang lemah fisik pada masa mudanya, berkat latihan yang sistematik menjadi orang yang berfisik tegak.</p> <p> (b) Inferioritas Psikologi, yaitu perasaan-perasaan inferioritas yang bersumber pada rasa tidak lengkap atau tidak sempurna dalam setiap bidang kehidupan. Contoh: anak yang dimotivasikan oleh perasaan inferior akan berjuang untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Setelah mencapai perkembangan yang diinginkan, muncul lagi perasaan inferioritas lalu ada perjuangan lagi, demikian akan terjadi seterusnya.</p> <p> Perasaan inferioritas bukan suatu pertanda abnormalitas, melainkan justru penyebab segala bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia.</p> <p> Dari sudut pandang kesehatan mental ada perasaan inferioritas normal seperti rasa tidak lengkap yang merupakan daya pendorong kuat bagi perkembangan manusia.</p> <p> Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi rasa inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat untuk menjadi rasa superior.</p> <p> Dan ada inferioritas abnormal yang adalah perasaan inferioritas yang dilebih-lebihkan oleh kondisi kondisi tertentu dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya karena pemanjaan, penolakan anak, kritik berlebihan, yang akan menghasilkan manifestasi perilaku yang abnormal pula.</p> <p> Perasaan inferior akan ditonjolkan secara kuat sekali apabila anak yang bersangkutan benar-benar memiliki inferioritas baik organik maupun inferioritas bayangan (semu), bila ia termasuk dalam jenis kelamin perempuan, atau menjadi anggota suatu kelompok minoritas.</p> <p> (2) Kompensasi lebih muncul akibat perasaan inferior yang diberi penegakan berlebihan sehingga selanjutnya akan menuntun anak menuju suatu kegiatan kompensatoris dan suatu gaya hidup dengan ciri usaha-usaha aktif untuk mengatasi situasi minus dari inferioritasnya, dengan cara mencapai suatu situasi plus dari superioritas.</p> <p> Tingkah laku kompensatoris itu condong menuntun orang kepada “kompensasi-lebih” lewat usaha-usaha untuk mendominasi orang lain, membangkitkan rasa permusuhan terhadap saingan-saingannya, dan mengembangkan sikap-sikap asosial, seperti ciri-ciri yang dimiliki oleh orang-orang jahat, teror bom/teroris, kriminal atau individu yang suka mengasingkan diri.</p> <p> Individu yang menderita sebagai akibat perasaan inferior yang berlebihan, juga akan didorong oleh satu pikiran mengenai nilai diri yang dibesar-besarkan, arahan khayalan yang tidak masuk akal terhadap apa yang sedang diperjuangkan.</p> <p> Pikiran ini mendominasi seluruh gaya hidupnya. Kesenjangan besar diantara realitas kehidupan individu dan khayalan yang diidealkan, justru menimbulkan banyak kecemasan, usaha-usaha lebih keras lagi, dan “kompensasi lebih” yang semakin parah.</p> <p> Dan hal ini akan menimbulkan suatu lingkaran setan yang tidak ada ujung pangkalnya. Dalam perjuangan kearah superioritas, agresi dianggap lebih penting untuk diperhatikan dari pada seksualitas, lalu impuls agresi diganti dengan hasrat akan kekuasaan. Kekuasaan disamakan dengan sifat maskulin dan kelemahan selalu disamakan dengan sifat feminis. to be continue …</p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-23468255790336684852011-05-21T23:47:00.002+07:002011-05-21T23:47:35.829+07:00TEORI PSIKOLOGI KLASIK FREUD<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://www.tipskom.co.cc/2009/09/teori-psikologi-klasik-freud.html"><br /></a> </h3> <div class="post-header"> </div> <div class="post-body entry-content"> <b>Struktur kepribadian</b><br /><br />Kepribadian tersusun dari tiga system pokok, yakni : <span style="color: rgb(0, 0, 153);">id, ego, superego<br /><br /></span>1. <span style="color: rgb(0, 0, 153);">id</span>, merupakan resvoir energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menjelaskan kedua system yang lain. Dalam Id ada yang dinamakan prinsip kerja, yaitu prinsip kenikmatan (pleasure prinsiple).<br />Didalamnya terdapat dua proses yakni : a. tindakan reflek b. proses primer<br />(a). tindakan reflek adalah reaksi-reaksi otomatik dan bawaan. Seperti bersin dan berkedip.<br />(b). proses primer adalah hal yang menyangkut suatu reaksi psikologis, yang sedikit lebih rumit dia berusaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tentang objek menghilangkan tegangan tersebut. Seperti : menyediakan kahayalan makan pada orang yang lapar<br /><br />2. <span style="color: rgb(0, 0, 153);">ego</span>, timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan kenyataan objektif.<br />Perbedaan pokok antara Id dan Ego adalah bahwa Id hanya mengenal kenyataan subjektif jiwa. Sedangkan ego membedakan anatara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat didunia luar.<br /><br />3. <span style="color: rgb(0, 0, 153);">superego</span>, adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana yang di terangkan orang tua pada anaknya.<br />Super ego adalah wewenang moral dari kepribadian (wasit tingkah laku).<br />Fungsi-fungsi pokok superego<br />(a) merintangi implus-implus id, terutama implus-implus seksual dan agresif.<br />(b) Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realitas dengan tujuan moralitas.<br />(c) Mengajar kesempurnaan<br /><br /><b>Dinamika kepribadian</b><br />Titik hubung atau jembatan energi tubuh dan energi kepribadian adalah id serta insting-isntingnya.<br /><br />1) Insting<br />Insting didefinisikan sebagai perwujudan psikiologis dari suatu sumber rangsangan somatic dalam yang dibawa sejak lahir. Perwujudan psikologisnya yang dinamakan hasrat sedangkan jasmaninya disebut kebutuhan.<br />Insting mempunyai empat ciri khas :<br />- Sumber<br />- Tujuan<br />- Objek<br />- Impetus<br />Menurut Freud insting dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yakni:<br />> insting-insting hidup<br />> insting-insting mati<br /><br />2) distribusi dan penggunaan energi psikis.<br />Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energi psikis didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan superego. Oleh karena jumlah energi terbatas, maka akan terjadi persaingan di ketiga system itu dalam menggunakan energi tersebut.<br />Dinamika kepribadian terdiri dari interaksi daya-daya pendorong kataksis-kataksis dan daya-daya penahan anti kataksis-kataksis.<br /><br />3)kecemasan<br />kecemasan adalah suatu keadaan tegang. Fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya.<br />Freud membedakan tiga kecemasan yakni :<br />1. kecemasan realitas<br />2. kecemasan neurotic<br />3. kecemasan moral / perasaan-perasaan bersalah<br /><br /><b>Perkembangan kepribadian</b><br />Kepribadian berkembang sebagai terhadap empat sumber tagangan pokok yakni :<br />1) proses-proses pertumbuhan psikologis<br />2) frustasi-frustasi<br />3) konflik-konflik<br />4) ancaman-ancaman<br />identifikasi dan pemindahan adalah cara individu untuk belajar mengatasi keempat masalah tersebut.<br />Tahapan-tahapan perkembangan<br />1.tahap oral<br />2.tahap anal<br />3.tahap phalik<br />4.tahap genital<br /><br /><b>Penelitian khas dan metode penelitian</b><br /><br />1) Syahadat ilmiah Freud<br />Freud lebih suka / menyukai cara menyusun teori yang bersifat induktif, lebih terbuka dan informal dan yang berakar pada dukungan bukti-bukti empiris daripada teori deduktif formal yang mulai dngan kinsep-konsep yang didepinisikan secara tajam dan fostulat-fostulat serta dalil-dalil yang dirumuskan seacar cermat dari mana hipotesis-hipotesis yang bias di uji diturunkan dan kemudian di uji.<br /><br />2) asosiasi bebas dan analisis mimoi<br />pada pokoknya metode asosiasi bebas, menuntut pasien mengatakan segala sesuatu yang muncul dalam kesadaranya, tak peduli betapa memalukan atau tak pantas kedengaranya. Analisis mimpi bukanlah suatu metode yang terpisah dari asosiasi bebas; analisis itu merupakan konsekuensi wajar dari intruksi kepad a pasien agar bebicara tentang segala sesuatu yang muncul dalm kesadaranya.<br /><br />3) berbagai study kasus yang dilakukan Freud<br />1. kasus schreber (1911)<br />2. kasus little Hans (1909) mengenai pobia<br />3. kasus Dara (1905)<br />4. kasus Rat Man (1909)<br />5. kasus Wolf Man (1918)<br />6. kasus homoseksualitas wanita (1902) </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-53456184242373454472011-03-29T21:08:00.002+07:002011-03-29T21:10:40.443+07:00TEORI-TEORI KOGNITIFTEORI-TEORI KOGNITIF<br /><br />PENGENALAN <br />Pada masa dahulu, apabila memperkatakan tentang sikap, manusia tidak dikaitkan dengan<br />bidang psikologi walaupun kajian terhadapnya telah dilakukan sekian lama. Pada awalnya, idea-<br />idea ahli psikologi memikirkan tingkah laku manusia dipengaruhi oleh naluri, diikuti pula<br />dengan teori tingkah laku yang mengatakan manusia menghasilkan tingkah laku adalah kesan<br />daripada pembelajaran kerana manusia dianggap seperti mesin dan minda manusia adalah<br />kosong. Setelah timbul kesedaran bahawa otak manusia adalah berfungsi untuk melahirkan<br />tingkah laku, maka lahirlah teori-teori yang mengkaji bagaimana minda manusia memainkan<br />peranannya. Berikut dengan itu juga kajian mengenai sikap dan tingkah laku manusia<br />dijalankan.<br /> Pendekatan kognitif menekankan pada proses mental dalaman. Maklumat yang diterima<br />diproses melalui pemilihan, perbandingan dan penyatuan dengan maklumat lain yang sedia ada<br />dalam ingatan. Penyatuan maklumat ini kemudian akan diubah dan disusun semula. Hasil<br />pemikiran bergantung pada proses mental dalaman tersebut. Ahli-ahli psikologi kognitif<br />menekankan bahawa kita bukanlah penerima rangsangan-rangsangan yang pasif. Sebaliknya<br />otak kita akan memproses secara aktif maklumat yang diterima dan menukarkan maklumat kepada bentuk atau kategori baru. Seseorang individu itu seharusnya memaksimumkan<br />penggunaan minda mereka supaya mereka dapat menjadi pemikir yang aktif. Sebagai manusia<br />yang telah dikurniakan otak untuk berfikir, kita seharusnya dapat bertindak balas degan<br />sewajarnya apabila menerima sesuatu maklumat dan bersedia pula untuk berubah sikap jika kita<br />dapati bahawa idea kita sebelum ini adalah salah atau negatif.<br /><br />Teori-Teori / Model<br />Teori-Teori / Model yang membincangkan tentang perubahan sikap ialah :<br />1 Model Respons Kognitif (Kognitif respons Theory)<br />2 Teori Kognitif Percanggahan (Percanggahan Cognitive Theory )<br />3 Teori Perkembangan Kognitif (Cognitive Development Theory)<br /><br />Latar Belakang Anthony G. Greenwald<br />Pelopor asas Teori Kognitif Respons ini ialah Anthony G. Greenwald. Dari tahun 1965 hingga<br />1986 beliau menjadi pembantu pensyarah di Jabatan Psikologi, Universiti Ohio. Kemudian,<br />beliau merupakan pensyarah di Jabatan Psikologi, Universiti Washington dari tahun 1986 hingga<br />sekarang.. Beliau pernah belajar di kolej Yale dan Universiti Harvard dan kemudian<br />memperoleh Ph. D beliau dalam tahun 1963. Beliau menjadi penyunting dalam Jurnal Personaliti<br />dan Psikologi Sosial dari tahun 1977 – 1979. Dari tahun 1998 – 2004, beliau memenangi <br />anugerah sains di Institut Kebangsaan Kesihatan Mental. Beliau juga mengarang beberapa jurnal<br />artikel yang memberi implikasi dalam sikap dan perubahan sikap, kognitif sosial, kognitif<br />ketidaksedaran, sikap dan kognitif sosial, penyelidikan metodeologi, ganjaran dan dendaan<br />pembelajaran, stereotaip, mengkategorikan pelajar dalam pendidikan tinggi, kawalan perhatian<br />dan tindakan manusia.<br /><br />1 Model Respons Kognitif (Kognitif respons Theory)<br />Satu teori yang cuba menerangkan bagaimana manusia memperoleh dan berubah sikap mereka<br />apabila bertindak ke atas komunikasi berbentuk pemujukan. Teori memberi fokus kepada<br />kenyataan bahawa penerima sesuatu maklumat bukan sekadar memberi tindak balas terhadap<br />maklumat yang diterima, tetapi juga menggerakkan pemikirannya terhadap maklumat tersebut. <br />Apabila seseorang menerima sesuatu perkara, maklumat yang cuba memberi mesej tentang<br />sesuatu perkara, maklumat tersebut akan dihubung kaitkan dengan pengetahuan sedia-ada,<br />menjadikan pemikirannya bertindak balas secara aktif terhadap maklumat yang diterima.<br />Teori ini mula diambil perhatian oleh Anthony G. Greenwald pada tahun 1930 an. Kajian beliau<br />adalah berkenaan dengan perubahan sikap. Perubahan sikap ini berhubung dengan<br />pembelajaran, persepsi, fungsi dan konsistensi. Keistimewaan teori ini adalah teori ini diambil<br />daripada teori-teori yang lain dan dengan mengumpulkan teori-teori ini, maka muncullah apa<br />yang dikenali oleh Greenward sebagai Kognitif respons<br /> <br /> Komponen di dalam Kognitif Respons :<br />Jika diminta untuk menyenaraikan hasil pemikiran seseorang yang bersesuaian dengan mesej<br />yang diberikan, didapati boleh dibahagikan kepada 3 kategori iaitu :<br /><br />1 Kekutuban <br />2 Asal <br /><br />Kriteria Yang Terdapat dalam Kognitif respons Model<br />Terdapat empat kriteria yang menentukan Kognitif respons Model ini yang membezakannya <br />dengan kajian-kajian yang lain dalam mengkaji sikap. Kriteria- kriteria tersebut ialah :<br /><br /> I Peranan Produksi <br /> <br /> II Kajian Multidimensi <br /> <br /><br />i Teori Kualitatif <br /> Kualitatif digunakan untuk menjangkakan sikap sama ada pro atau kontra terhadap sesuatu <br />maklumat dalam mencari struktur dalam pemikiran। Kualitatif melibatkan perangkaan. <br />ii Teori Berasaskan Ingatan <br /> Apabila manusia berhadapan dengan sesuatu maklumat yang tidak dijangkakan, kognitif akan<br />mencari semula maklumat daripada stor ingatan dan kemudiannya cuba mengaitkannya dengan<br />maklumat yang baru diterima. Pendek kata, ia memberitahu kita apa yang mendesak seorang<br />ketika mereka berdepan dengan situasi yang tidak dijangka dan di desak untuk membuat<br />keputusan terhadap sikap mereka dengan objek –objek. Teori Berasaskan Ingatan adalah <br />bertentangan dengan teori pusat maklumat yang mana Pusat maklumat Teori ini cuma<br />menitikberatkan sama ada menerima atau menolak sesesuatu maklumat baru. Teori<br />Berasaskan Ingatan mengiktiraf bahawa penerimaan sesuatu maklumat daripada satu teks<br />tertentu adalah aktif dan bukannya pasif.<br /> Implikasi Kognitif respons<br />Anthony G.Greenwald menghasilkan Kognitif respons pada tahun 1968 dan telah digunakan<br />dalam bidang pengiklanan oleh Peter Wright di dalam bidang pemasaran kerana ia<br />membekalkan pemahaman yang penting tentang pujukan dan lebih-lebih lagi cuba membuat<br />ramalan terhadap gangguan, ulangan dan isu-isu yang terlibat. Peter Wright mendapati bahawa<br />iklan mampu mengubah pemikiran pengguna dan seterusnya mempengaruhi sikap pengguna. <br />Beliau telah menggunakan kaedah lisan dalam kajiannya untuk mengukur kognitif respons<br />terhadap sesuatu iklan itu. Hasil dapatan Peter Wright, beliau menyusun kognitif respons ke<br />dalam tiga kategori iaitu : <br /> <br /><br />KELEMAHAN MODEL KOGNITIF RESPONS<br />Satu masalah yang ketara dalam Model Kognitif respons ini ialah ia terlalu bergantung kepada<br />teori-teori yang lain. Satu teori tidak cukup untuk menerangkan perubahan sikap seorang<br />dengan berkesan. Terdapat satu perasaan yang menyeluruh bahawa teori ini cuba memahami<br />bagaimana perubahan sikap diperlukan, akan tetapi matlamat itu tidak jelas tercapai. Ia kelihatan<br />tidak mungkin untuk memahami dengan tepat bagaimana sikap berubah dan kemudian juga ia <br />tidak realistik dan diterangkan ke atas semua perubahan sikap. Selain itu, teori ini sangat bergantung kepada fakta bahawa perubahan dalam sikap<br />adalah sebagai kesan akibat daripada kesedaran dan proses pemikiran yang aktif.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-82227631493621125842011-03-29T21:06:00.001+07:002011-03-29T21:07:06.350+07:00POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENGARAHKAN PERILAKU ANAKMASALAH yang selalu dikeluhkan orang tua tentang anak mereka seakan-akan tidak pernah berakhir. Taraf pertumbuhan dan perkembangan telah menjadikan perubahan pada diri anak. Perubahan perilaku tidak akan menjadi masalah bagi orang tua apabila anak tidak menunjukkan tanda penyimpangan. Akan tetapi, apabila anak telah menunjukkan tanda yang mengarah ke hal negatif akan membuat cemas bagi sebagian orang tua.<br /><br />Menurut Al-Istambuli (2002), “Kecemasan orang tua disebabkan oleh timbulnya perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa depannya.” Kekhawatiran orang tua ini cukup beralasan sebab anak kemungkinan akan berbuat apa saja tanpa berpikir risiko yang akan ditanggungnya. Biasanya penyesalan baru datang setelah anak menanggung segala risiko atas perbuatannya. Keadaan ini tentu akan mengancam masa depannya.<br /><br />Menurut Prayitno (2004), “… sumber-sumber permasalahan pada diri siswa banyak terletak di luar sekolah.” Hal ini disebabkan oleh anak lebih lama berada di rumah daripada di sekolah. Karena anak lebih lama berada di rumah, orang tualah yang selalu mendidik dan mengasuh anak tersebut.<br /><br />Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik. Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.<br /><br />Menurut Clemes (2001) bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal. Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi “masalah” kemungkinan terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan lingkungan terhadap dirinya.<br /><br />Penanganan terhadap perilaku anak yang menyimpang merupakan pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu jiwa dan pendidikan. Orang tua dapat saja menerapkan berbagai pola asuh yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga. Apabila pola-pola yang diterapkan orang tua keliru, maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan mempertambah buruk perilaku anak.<br /><br />Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak.<br /><br />Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara ia waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1997). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa.<br /><br />Di dalam mengasuh anak terkandung pula pendidikan, sopan santun, membentuk latihan-latihan tanggung jawab dan sebagainya. Di sini peranan orang tua sangat penting, karena secara langsung ataupun tidak orang tua melalui tindakannya akan membentuk watak anak dan menentukan sikap anak serta tindakannya di kemudian hari.<br /><br />Masing-masing orang tua tentu saja memiliki pola asuh tersendiri dalam mengarahkan perilaku anak. Hal ini sangat dipengaruh oleh latar belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, dan sebagainya. Dengan kata lain, pola asuh orang tua petani tidak sama dengan pedagang. Demikian pula pola asuh orang tua berpendidikan rendah berbeda dengan pola asuh orang tua yang berpendidikan tinggi. Ada yang menerapkan dengan pola yang keras/kejam, kasar, dan tidak berperasaan. Namun, ada pula yang memakai pola lemah lembut, dan kasih sayang. Ada pula yang memakai sistem militer, yang apabila anaknya bersalah akan langsung diberi hukuman dan tindakan tegas (pola otoriter). Bermacam-macam pola asuh yang diterapkan orang tua ini sangat bergantung pada bentuk-bentuk penyimpangan perilaku anak.<br /><br />Orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang salah menerapkan pola asuh akan membawa akibat buruk bagi perkembangan jiwa anak. Tentu saja penerapan orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang bijaksana atau menerapkan pola asuh yang setidak-tidaknya tidak membawa kehancuran atau merusak jiwa dan watak seorang anak.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi. 2002. Mendidik Anak Nakal. Bandung: Pustaka.<br /><br />Clemes, Harris. 2001. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak. Jakarta. Mitra Utama.<br /><br />Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagi Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Gramediaa Widiasarana Indonesia.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-46042976446082869212011-03-29T21:03:00.004+07:002011-03-29T21:05:29.426+07:00Teori Perkembangan KognitifTeori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:<br /><br /> * Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)<br /> * Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)<br /> * Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)<br /> * Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)<br /><br />Daftar isi<br />[sembunyikan]<br /><br /> * 1 Periode sensorimotor<br /> * 2 Tahapan praoperasional<br /> * 3 Tahapan operasional konkrit<br /> * 4 Tahapan operasional formal<br /> * 5 Informasi umum mengenai tahapan-tahapan<br /> * 6 Proses perkembangan<br /> * 7 Isu dalam perkembangan kognitif[1]<br /> o 7.1 Tahapan perkembangan<br /> o 7.2 Natur dan nurtur<br /> o 7.3 Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan<br /> * 8 Sudut pandang lain<br /> * 9 Referensi<br /> * 10 Bacaan lebih lanjut<br /> * 11 Referensi<br /><br />[sunting] Periode sensorimotor<br /><br />Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:<br /><br /> 1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.<br /> 2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.<br /> 3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.<br /> 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).<br /> 5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.<br /> 6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.<br /><br />[sunting] Tahapan praoperasional<br /><br />Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.<br /><br />Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.<br />[sunting] Tahapan operasional konkrit<br /><br />Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:<br /><br />Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.<br /><br />Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)<br /><br />Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.<br /><br />Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.<br /><br />Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.<br /><br />Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.<br />[sunting] Tahapan operasional formal<br /><br />Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.<br />[sunting] Informasi umum mengenai tahapan-tahapan<br /><br />Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:<br /><br /> * Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.<br /> * Universal (tidak terkait budaya)<br /> * Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan<br /> * Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis<br /> * Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)<br /> * Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif<br /><br />[sunting] Proses perkembangan<br /><br />Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.<br /><br />Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.<br /><br />Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.<br /><br />Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.<br /><br />Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.<br />[sunting] Isu dalam perkembangan kognitif[1]<br /><br />Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum.<br />[sunting] Tahapan perkembangan<br /><br /> * Perbedaan kualitatif dan kuantitatif<br /><br />Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.<br /><br /> * Kontinuitas dan diskontinuitas<br /><br />Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.<br /><br /> * Homogenitas dari fungsi kognisi<br /><br />Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu<br />[sunting] Natur dan nurtur<br /><br />Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.<br />[sunting] Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan<br /><br />Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.<br />[sunting] Sudut pandang lain<br /><br />Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.<br /><br /> * Teori perkembangan kognitif neurosains [2]<br /><br />Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu<br /><br /> *<br /> 1. Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan mental proses<br /> 2. Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis yang teratur<br /><br /> * Teori Konstruksi pemikiran-sosial<br /><br />Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello<br /><br /> * Teori Theory of Mind (TOM)<br /><br />Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff<br />[sunting] Referensi<br /><br /> * Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth<br /> * Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth Publishers.<br /> * Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing<br /> * Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic Books.<br /> * Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books.<br /> * Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.<br /> * Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.<br /> * Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–259.<br /> * Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.<br /> * Seifer, Calvin "Educational Psychology"<br /><br />[sunting] Bacaan lebih lanjut<br /><br /> * Geary, D. C. (2004). Evolution and cognitive development. In R. Burgess & K. MacDonald (Eds.), Evolutionary perspectives on human development (pp. 99-133). Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Teks selengkapnya<br /> * Wagner, K. V. Background and Key Concepts of Piaget's Theory<br /><br />[sunting] Referensi<br /><br /> 1. ^ Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth<br /> 2. ^ Johnson, M.H. (2005) Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishingAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-91802835607853427722011-03-29T21:03:00.002+07:002011-03-29T21:03:51.327+07:00KECERDASAN KOGNITIF (IQ) ANAK DAN STRATEGI PENYUBURANNYAKECERDASAN KOGNITIF (IQ) ANAK DAN STRATEGI PENYUBURANNYA<br /><br />Kecerdasan Kognitif (IQ)<br /><br /><br /><br />Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan bernalar, merencanakan, memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ.<br /><br />Setelah mengetahui tingkat kecerdasan melalui tes IQ itu, kita tidak bisa langsung menyimpulkan tentang kecerdasan seorang anak karena tingkat intelegensi anak bukan sebuah harga mati, namun bisa diupayakan.<br /><br />Selama ini tingkat intelegensia menjadi bagian terpenting dari perkembangan seseorang. Jika seseorang memiliki orang tua yang cerdas kelak anak mewarisinya. Sebaliknya, jika orang tua berenang di tempat dangkal kemungkinan anak tidak berkesempatan menyelam lebih dalam. Asumsi tradisional ini menganggap potensi kecerdasan inteligensia terbatas pada saat anak lahir. Kemudian lahirlah pandangan modern terhadap inteligensia berdasarkan kapasitas otak seseorang. Artinya anak akan belajar dari pengalaman jika orang tua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi inteligensia dan potensinya?<br /><br />Dr. Howard Gardner, seorang psikologi dari Universitas Harvard, AS, mengemukakan teorinya bahwa kecerdasan tidak terpatri di tingkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir. “Setiap orang mengembangkan kecerdasan dengan beragam cara yang dikenal dengan multiple intelligence,” katanya. Seperti, Mozart adalah pemusik jenius, seorang komposer sekaligus symphonies yang menjadi salah satu contoh pemilik kecerdasan musikal. Sedangkan, Einstein adalah salah satu ilmuwan dunia yang memiliki kecerdasan logika dan matematika. Apakah Einstein lebih cerdas dibanding Mozart? Jika ditilik dari teori multiple inteligensia, Einstein dan Mozart sama-sama cerdas tapi berbeda bidang. Jadi anak Anda pun berkesempatan mengembangkan kecerdasannya di berbagai bidang.<br /><br />Gardner menemukan delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, cerdas logika/matematika, cerdas visual-spasial, cerdas musik, cerdas gerak, cerdas alami, cerdas sosial, dan cerdas diri. Setiap orang berpotensi memilikinya, namun perkembangannya berbeda-beda.<br /><br />Mungkin saja tidak semua anak berpotensi menjadi Einstein, tapi sudah kewajiban orangtua untuk berusaha mengembangkan pola unik tiap kecerdasan anak. Teori Howard menjadi acuan setiap sekolah dan guru. Selama bertahun-tahun, pendidik mengembangkan arahan strategi agar kegiatan belajar makin menarik. Sekolah mengadopsi mulitiple Intelligence melalui laporan pendekatan akademik tes yang mencakup area kecerdasan seni, musik, edukasi fisik, hubungan sosial, pemahaman akan diri sendiri, dan menyukai alam.<br /><br />Sebagai orangtua, Anda mungkin bertanya, bagaimana cara membantu anak belajar. Jawabannya banyak! Anda bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dengan mengeksplorasi anak dengan beragam aktivitas. Ada beberapa ide untuk mengembangkan kecerdasan balita yang bisa Anda terapkan di rumah.<br /><br />Memperkaya otak anak<br /><br />Ada sebuah artikel yang memaparkan sebuah studi klasik. Beberapa ilmuwan menguji tikus percobaan yang tumbuh di lingkungan berbeda. Tikus A tumbuh di lingkungan yang dipenuhi mainan, sedangkan tikus B tidak. Tebak tikus mana yang lebih pintar? Yaitu tikus A. Tikus A bisa keluar dari lorong teka teki lebih cepat dibandingkan tikus B. Para ahli juga menemukan perubahan pada struktur otaknya. Otak berkembang secara penuh dan lebih berbobot pada tikus A. Baru-baru ini, penelitian tersebut diujikan kepada hewan primata yang memiliki konsep saraf plasticity mirip manusia. Kesimpulannya, seseorang tumbuh dengan keseimbangan otak lebih baik jika difasilitasi beragam pengalaman.<br /><br />Disini peran prang tua sangat dibutuhkan. Kecerdasan anak tidak hanya bersumber dari pemenuhan nutrisi yang seimbang tetapi juga disertai pemberian stimulasi pada anak. Anak yang cerewet, kritis dan senang bercerita, apabila mendapat asuhan yang tepat akan memiliki kepintaran verbal linguistik, yaitu anak yang mampu berinteraksi dan meyakinkan orang di sekitarnya.<br /><br />Orang tua tidak boleh terlalu memaksakan keinginan mereka pada anak, sehingga anak tidak dapat mengembangkan kemampuan secara optimal, misalnya jika anak kurang cerdas di bidang matematika, tapi anak berbakat di bidang olahraga yang disebut cerdas gerak (kinestetik). Oleh karena itu orangtua tidak boleh terlambat mengetahui potensi anak, karena dapat menghambat kecerdasannya kelak.<br /><br />Memperkaya Lingkungan Rumah<br /><br />Agar anak berkesempatan mengembangkan potensi kecerdasannya, maka lingkungan rumah perlu disulap dengan beragam kegiatan dan fasiltas. Berikut beberapa saran untuk menciptakan lingkungan rumah yang kondusif bagi perkembangan inteligensi anak. Bagian terpenting untuk menemani anak belajar adalah kehadiran Anda. Sebagai orangtua, Anda adalah peracik lingkungan belajar anak. Kecerdasan dikonstruksikan melalui interaksi anak dengan mainannya. Tidak peduli betapa menariknya permainan tersebut semua akan sia-sia, tanpa didukung oleh kesediaan waktu Anda bermain dengan mereka. Ada beberapa ide yang bisa Anda lakukan bersama si kecil.<br /><br /> * Bahasa/Linguistik<br /><br />- Cinta Buku. Salah satu kegiatan yang disukai anak adalah kegiatan membaca. Untuk anak usia prasekolah mulai perkenalkan dengan buku cerita dongeng puisi sederhana, bacaan untuk anak. Saat usia sekolah, perkenalkan anak dengan majalah anak, novel, komik, dan ensiklopedi.<br /><br />- Televisi. Percaya atau tidak, tv bisa mendemontrasikan banyak hal melalui acara program edukasi, atau DVD. Atau anak belajar membaca melalui teks dialog yang ditampilkan di layar tv.<br /><br />- Banyak menulis. Dukung kegiatan menulis dengan menyediakan kertas, bolpoin, pensil dan krayon.<br /><br /> * Logika/Matematika<br /><br />- Sediakan instrumen matematik, Biarkan anak bereksplorasi dengan kompas, penggaris, skala, gelas ukur.<br /><br />- Gunakan peralatan. Alat berhubungan dengan kecerdasan logika dan gerak tubuh anak. Setiap peralatan memerlukan pemahaman logika untuk menggunakannya. Dorong anak untuk belajar menggunakan banyak peralatan.<br /><br />- Komputer. Anak Anda pasti suka memencet tombol atau bermain games. Pada anak usia sekolah sudah mulai bisa diajarkan membuat database, surfing website atau belajar Microsoft. Yang bisa membangun pengaturan logika dan struktur anak.<br /><br /> * Visual/Spasial<br /><br />- Sediakan alat kerajinan tangan. Sangat menyenangkanjika anak berhasil membuat sesuatu dengan kertas-kertas, krayon, gunting dan lem.<br /><br />- Sediakan alat melukis. Mulai ajari anak melukis dengan menggunakan jari-jarinya lalu lanjut menggunakan cat air, akrilik dan cat minyak.<br /><br />- Menggunakan Software. Bisa juga anak menggambar dan membuat ilustrasi menggunakan komputer.<br /><br /> * Musikal/Ritme<br /><br />- Pemain musik. Studi menemukan anak yang mendengarkan musik Mozart selama 10 menit, akan lebih baik di kegiatan spasial. Penelitian menunjukkan beberapa jenis musik tertentu dapat meningkatkan kecerdasan anak.<br /><br />- Alat Instrumen. Penelitian membuktikan bermain musik tak hanya meningkatkan kecerdasan musik anak tapi juga bisa mengembangkan bagian otak.<br /><br />- Berkaraoke. Fasilitasi anak dengan beragam lagu yang bisa dinyanyikannya.<br /><br /><br /> * Gerak tubuh/Kinestetik<br /><br />- Lemari Kostum. Kembangkan imajinasi anak dengan bermain sebagai actor menggunakan kostum dan make up.<br /><br />- Peralatan Olahraga. Peralatan olahraga dan permainan membantu mengembangkan koordinasi mata-tangan dan mengembangkan kemampuan gerak motorik anak. aktivitas fisik juga berperan dalam perkembangan cerebellum, bagian otak yang mengatur beberapa fungsi motorik juga daya ingat, konsentrasi, persepsi spasial, dan bahasa.<br /><br />- Aktivitas gerak motorik halus. Mengembangkan kemampuan motorik halusnya dengan kegiatan menjahit, merajut, menggambar atau kegiatan lain yang menggunakan keterampilan jari tangan dan kakinya.<br /><br /> * Naturalis/alam<br /><br />- Kolam ikan. Coba masukan tangannya ke kolam ikan atau akuarium. Hati-hati jangan sampai anak measukan tangannya ke mulut.<br /><br />- Binatang piaraan. Memelihara binatang piaraan merupakan cara terbaik anak berinteraksi dengan hewan. Anak belajar kebiassan, karakteristik, dan perbedaan sifat hewan.<br /><br />- Kebun. Sekuntum bunga atau kebun tanaman bisa dijadikan perjalanan seru. Anda juga bisa mengajarkan tanaman di pot.<br /><br />- Peralatan observasi. Melihat dengan teleskop atau menggunakan gelas ukur atau mikroskop untuk menganalisa.<br /><br /> * Intrapersonal<br /><br />- Hargai privasi anak. Kadang anak memerlukan waktu untuk sendiri tanpa berinteraksi atau gangguan dari luar. Anak hanya ingin mendengarkan pikirannya sendiri. Apakah ada tempat anak merenung di rumah? Mungkin di kamar atau kebun.<br /><br />- Hobby station. Dukung anak menyalurkan hobinya. Anda bisa mengikutsertakan anak ke kelas fotografi, jurnalis, vocal. Musik, menggambar, untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak.<br /><br />- Area belajar. Sebuah area anak bisa menikmati waktunya dengan menulis diari atau menempatkan barang-barang pribadinya.<br /><br />Melihat beberapa tips di atas mungkin banyak dari Anda yang sudah menerapkannya. Artinya anak hidup di lingkungan belajar yang kondusif. Jika perhatian Anda luput pada suatu hal, Anda bisa menyeimbangkannya dengan memberi investasi berikutnya untuk mengembangkan edukasi dan otak anak. Ingat elemen terpenting meningkatkan kecerdasan anak adalah apa yang anak dan Anda lakukan bersama bukan hanya apa yang mereka dapat.<br /><br />Bagaimana Cara Menyuburkan IQ anak<br /><br />Setelah mengetahui berbagai bentuk kecerdasan anak, maka yang terpenting sekarang adalah menjawab pernyataan bagaimana cara menyuburkan IQ anak? Untuk menjawab pertanyaan tadi, nberikut secara berturut-turut diuraikan di bawah ini.<br /><br /> 1. Pelihara Kebiasaan Bertanya<br /><br />Rasa ingin tahu biasanya selalu dimiliki oleh setiap anak. Dorongan untuk mengetahui sesuatu itulah yang menyebabkan anak banyak mengeluarkan berbagai pertanyaan kepada orang tua/guru. Sebagai orang tua, diharapkan tidak mematikan rasa ingin tahu anak dengan cara melarangnya, atau bahkan memberi label kepada anak, yang cerewet, banyak bicara, banyak tanya, dan lain-lain yang dapat mematikan keberanian anak untuk bertanya. Sebagian orang mempercayai, bahwa seorang anak yang banyak bertanya tentang ini dan itu, merupakan indikasi, bahwa anak itu memiliki kecerdasan yang tinggi. Oleh karena itu, orang tua harus selalu bijaksana dan berusaha menjawab berbagai pertanyaan anak-anak, sehingga anak memperoleh kepuasan batin, dan dengan kepuasan batin itu memotivasi anak untuk selalu mengembangkan pengetahuan dan daya khayalnya.<br /><br />Sebagai seorang guru, dalam upaya mengembangkan IQ anak, dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan menantang sehingga menggugah peserta didik selalu siap dengan berbagai pertanyaan yang konstruktif.<br /><br /> 1. Ketahui Modalitas Belajar Anak<br /><br />Banyak orang tua dan guru yang tidak mengetahui modalitas belajar anak-anaknya. Padahal, dengan cara mengetahui modalitas belajar anak, proses pembelajaran akan dapat mencapai hasil yang optimal. Diantara modalitas belajar anak itu adalah anak bertipe visual, tipe auditorial, dan anak tipe kinestetik.<br /><br /> * Anak Bertipe Visual<br /><br />Berbagai gejala yang dapat ditunjukkan bagi anak yang bertipe visual antara lain rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detil, mementingkan penampilan, dapat melihat kata-kata, dalam pikiran, mengingat apa yang dilihat, mengingat asosiasi visual, tidak terganggu oleh keributan, pembaca cepat dan tekun, mencoret-coret saat telepon/pertemuan, lebih suka demonstrasi daripada pidato, tidak pandai memilih kata-kata, dan tidak suka musik.<br /><br />Anak yang bertipe visual mempunyai. cara belajar dengan melihat. Bagi anak yang bertipe ini, orang tua/guru tidak dapat memaksakan kehendaknya kepada anak untuk belajar dengan cara yang lain. Belajar, bagi anak bertipe ini akan efektif jika pembelajaran menggunakan media, seperti kertas warna, menggunakan gambargambar, dan yang terpenting diciptakan lingkungan pembelajaran yang tenang, tidak gaduh, tidak berisik, dan tidak bising.<br /><br /> * Anak Bertipe Auditorial<br /><br />Fenomena menonjol bagi anak yang bertipe auditorial antara lain, berbicara sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, menggerakkan bibir saat membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat menirukan dan mengulangi nada suara, kesulitan menulis dan hebat dalam bercerita, bicara dengan irama terpola, pembicara yang fasih, suka musik, belajar dengan mendengarkan, suka bicara, diskusi, lebih suka gurauan lisan daripada baca komik.<br /><br />Bagi anak yang bertipe auditorial, belajar yang terbaik adalah dengan cara mendengarkan. Oleh karena itu, perlakuan yang dapat diberikan bagi anak bertipe ini adalah, guru harus menggunakan variasi vokal dalam proses pembelajaran, guru harus sering mengulang-ulang materi pelajaran yang sama, belajar sambil bernyanyi, dan guru menciptakan suasana pembelajaran dengan diiringi musik.<br /><br /> * Anak Bertipe Kinestetik<br /><br />Ada beberapa perilaku menonjol yang dapat ditunjukkan anak yang bertipe kinestetik. Antara lain, berbicara dengan perlahan, menyentuh orang untuk dapat perhatian, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, mempunyai perkembangan awal otot yang besar, belajar melalui praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari pada saat membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama, mudah mengingat jika pernah melakukan, kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai permainan yang menyibukkan.<br /><br />Cara belajar yang efektif bagi anak bertipe ini adalah dengan cara bergerak, belajar sambil bekerja, dan belajar dengan menyentuh. Sedangkan perlakuan yang dapat diberikan guru antara lain, guru menggunakan alat bantu/peraga dalam mengajar, menggunakan metode simulasi, praktikum, mengajak bicara pada anak, ceritakan pengalaman yang mengesankan, dan ijinkan anak berjalan-jalan di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.<br /><br /> 1. Pupuk Kegemaran Membaca<br /><br />Membaca adalah jendela dunia, jika diuraikan arti dari ungkapan tadi adalah, bahwa dengan membaca, pembaca akan mengetahui .berbagai informasi dari segala penjuru dunia. Dalam kaitannya dengan usaha menyuburkan IQ anak, maka tidak ayal lagi, betapa pentingnya kegiatan membaca. Yang menjadi problem sekarang adalah, bagaimana orang tua/ guru memupuk kegemaran membaca anak-anak?<br /><br />Yang dapat dilakukan orang tua di rumah untuk memupuk kegemaran membaca anak adalah dengan cara mengkondisikan dalam kehidupan anak dengan buku. Anak dikenalkan dengan buku-buku, diluangkan waktu untuk sekedar membacakan cerita bagi anak, dan orang tua harus dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal kebiasaan membaca.<br /><br />Sedangkan bagi guru di sekolah, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memupuk kegemaran membaca anak antara lain dengan menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan bagi anak, memberi tugas membuat sinopsis, mengadakan lokakarya membaca di kelas, dan yang terpenting guru bersedia mengeluarkan sedikit isi sakunya (uang) sekedar alat penguatan bagi siswa yang mempunyai kegemaran dan kemampuan membaca paling tinggi.<br /><br /> 1. Beri Gizi yang Cukup<br /><br />Untuk memiliki anak yang ber IQ tinggi, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberi gizi yang cukup kepada anak tersebut. Oleh karena itu, dipandang sangat tepat jika pemerintah mengusahakan kembali Program Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah seperti yang sudah pernah dilaksanakan pada era yang lalu. Betapa pun tinggi potensi kecerdasan anak yang dibawa sejak lahir, jika tidak didukung dengan usaha dan upaya secara sungguh-sungguh untuk menyuburkan potensi itu, maka potensi yang gemilang itu tidak akan tumbuh dengan optimal.<br /><br /><br />Kesimpulan<br /><br />Kecerdasan yang dimiliki seseorang itu bisa diukur melalui tes IQ, namun hasil yang diperoleh dari tes tersebut bukan merupakan harga mati dari kecerdasan seseorang karena kecerdasan bisa diupayakan.<br /><br />Dulu intelegensi dipandang sebagai warisan dari orang tua, namun kini telah muncul pandangan modern yang menyatakan bahwa intelegensi berdasarkan kapasitas otak seseorang artinya anak akan belajar dari pengalaman jika orang tua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi intelegensi dan potensinya.<br /><br />Kecerdasan bisa dibagi menjadi 8 bentuk yaitu cerdas bahasa, cerdas logika/matematika, cerdas visual/spasial, cerdas musik, cerdas gerak, cerdas alam, cerdas sosial dan cerdas diri. Bentuk-bentuk kecerdasan tersebut bisa dikembangkan sejak anak usia balita melalui asuhan orang tua.<br /><br />Agar IQ anak dapat berkembang dengan dengan lebih optimal dan subur, maka orang tua/guru harus memelihara kebiasaan bertanya, mengetahui modalitas belajar anak, memupuk kegemaran membaca anak, dan memberi gizi yang cukup.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-16755524364383808182011-03-29T21:02:00.001+07:002011-03-29T21:03:06.962+07:00Emotional Intelligence versus Cognitive IntelligenceEmotional Intelligence versus Cognitive Intelligence<br /><br /><br /><br />DEFINITIONS<br /><br />Emotional Intelligence - Understanding your own emotions and those of others, and being able to use this information to bring about the best outcome for all concerned. Knowing where emotions come from and being able to manage your own and those of others. Knowing what emotions mean and what information they are providing. Being able to work well with others as well as alone. Being able to combine cognitive knowledge with emotional knowledge and use them in tandem.<br /><br />Cognitive Intelligence - Intellectual abilities such as logic, reason, reading, writing, analyzing and prioritizing. These go on in your own head and utilize only the neocortex, not the emotional centers of the brain which also provide crucial information. These abilities do not require any social skills per se, i.e., you can solve a math equation by yourself, or write an essay, or balance a business' books by yourself.<br /><br />COMPARISONS<br /><br />Being effective both alone and as a team player vs. Only effective when working alone<br /><br />Being able to manage your own emotions vs. Having temper tantrums, sulking or withdrawing<br /><br />Being able to empathize with others and knowing where they're coming from vs. Not being able to grasp the feelings of others and understand how the emotions are affecting the situation<br /><br />Using an emotional appeal to convince someone of something v. Using an intellectual appeal to convince someone of something<br /><br />Knowing that motivation is a feeling word v. Thinking that motivation is a thinking word<br /><br />EXAMPLE<br /><br />Bill was brilliant in his field and the best IT person in the office as to technical skills, but his people skills were very low. He was abrasive, arrogant, short-tempered, and a perfectionist. Other people didn't like to work with him, and he was unable to explain things in terms other people could understand.<br /><br />Mary, who was also in the IT department, had good technical skills and a good education, though it was less than Bill's. However, her emotional intelligence more than made up for this. She was able to handle herself and other people well and to explain things calmly and clearly. People loved to work with her and requested her by name. She received promotion after promotion because of her technical expertise and her high emotional intelligence.<br /><br />KEY POINT<br /><br />Many people with very high IQs (cognitive intelligence) do poorly in work and relationships because they have low EQs (emotional intelligence). They sabotage themselves because they can't manage their own emotions or those of other people, and they sabotage projects because they may have all the logical, rational and analytical "answers," but they don't have the "soft" skills to move a project forward.<br /><br />BENEFITS<br /><br />Emotional intelligence accounts for more success and happiness in life than intellectual intelligence.<br /><br />RELATED DESTINCTIONS<br /><br /> *<br /><br /> Soft skills plus hard skills vs. Hard skills only<br /> *<br /><br /> Knowing people v. Knowing facts<br /> *<br /><br /> Thinking and feeling v. Thinking onlyAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-23879546928226834242010-11-15T18:40:00.001+07:002010-11-15T18:41:25.770+07:00Pelajaran dari Kasus Gayus<h2><br /></h2> <blockquote><p><em>Pengantar Redaksi: Opini menarik seputar terpotretnya seorang lelaki sangat mirip Gayus Tambunan di Bali. Semoga bermanfaat.</em></p></blockquote> <div class="wp-caption aligncenter" style="width: 510px;"><a class="tt-flickr tt-flickr-Medium" title="gayus-dibali" href="http://www.flickr.com/photos/28707284@N08/5177089744/"><img src="http://farm5.static.flickr.com/4086/5177089744_b4b39e670c.jpg" alt="gayus-dibali" width="500" height="250" /></a><p class="wp-caption-text">Pria mirip Gayus Tambunan terpotret di Bali. Foto: Agus Susanto/Kompas.com</p></div> <p style="text-align: center;"> </p><p>Tempo – Sabtu, 13 November 2010</p> <p>Kasus Gayus Halomoan Tambunan semakin menunjukkan betapa petugas penjara kita terlalu bermurah hati kepada tahanan. Mereka sering main mata dengan para tahanan dan narapidana. Agar mendapatkan fulus, petugas pun tak takut menyalahgunakan wewenang serta melanggar hukum.</p> <p><span id="more-1474"></span>Terdakwa kasus pencucian uang itu jadi sorotan masyarakat karena leluasa keluar dari Rumah Tahanan Brimob, Depok. Keistimewaan ini diperoleh setelah ia menebar duit hingga ratusan juta rupiah buat kepala rumah tahanan dan para sipir. Sang kepala rutan bahkan mengakui bukan hanya Gayus yang diberi kemudahan. Ia juga pernah memberikan keleluasaan serupa bagi Wiliardi Wizar dan Susno Duadji, bekas Kepala Badan Reserse Kriminal Polri. Wiliardi adalah terpidana kasus pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnaen. Adapun Susno menjadi terdakwa kasus gratifikasi.</p> <p>Tak hanya melanggar hukum, praktek seperti itu jelas tidak adil bagi tahanan atau narapidana lain yang tidak sanggup membayar upeti. Dalam kondisi tertentu, tahanan maupun narapidana memang bisa keluar dari penjara. Tapi aturannya sungguh ketat. Buat tahanan yang sedang menjalani proses peradilan, ia harus mendapat izin dari jaksa dan hakim.</p> <p>Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Perawatan Tahanan sebenarnya diatur cukup jelas. Tahanan bisa dikeluarkan hanya untuk keperluan rekonstruksi, penyerahan berkas perkara, persidangan, perawatan kesehatan, atau hal-hal luar biasa atas seizin pejabat yang bertanggung jawab. Tapi ketentuan ini, terutama dua poin terakhir, kerap disalahgunakan. Tak jarang izin berobat ke luar diberikan sekalipun si tahanan tidak sakit.</p> <p>Begitu juga dengan aturan bagi narapidana. Seorang narapidana memang diberi hak cuti untuk mengunjungi keluarga. Tapi cuti ini hanya diberikan kepada narapidana yang dihukum 3 tahun atau lebih dan telah menjalani lebih dari separuh masa hukumannya. Seperti juga aturan untuk tahanan, ketentuan ini cenderung diterobos antara lain dengan alasan keadaan yang luar biasa.</p> <p>Itulah pentingnya mereformasi pengelolaan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar perlu membersihkan lembaganya dari para pejabat yang suka main mata dengan para tahanan dan dengan narapidana. Pak Menteri harus berani pula membenahi rumah tahanan yang dikelola oleh instansi lain, seperti Rutan Brimob, karena masih menjadi wilayah tanggung jawabnya.</p> <p>Langkah itu harus diikuti dengan peningkatan kesejahteraan para sipir. Pada 2000, Presiden Abdurrahman Wahid pernah menaikkan tunjangan bagi pegawai negeri di lingkungan penjara. Tunjangan pegawai golongan I, misalnya, naik dari Rp 25 ribu menjadi Rp 100 ribu setiap bulan. Sejak saat itu, tunjangan mereka belum dinaikkan lagi.</p> <p>Kesejahteraan pegawai di lingkungan penjara hanyalah salah satu faktor yang membuat mereka mudah disuap. Yang jauh lebih mendesak justru memastikan semua penjara dipimpin oleh pejabat yang berintegritas. Sanksi tegas harus tetap diberikan bagi mereka yang menyalahgunakan wewenang sekalipun kasusnya tak menjadi sorotan publik seperti kisah Gayus.</p> <p>sumber: <a title="Tempo Interaktif" href="http://www.tempointeraktif.com/hg/opiniKT/2010/11/13/krn.20101113.217984.id.html" target="_blank">Tempo<img id="snap_com_shot_link_icon" class="snap_preview_icon" style="margin: 0pt ! important; max-height: 2000px; max-width: 2000px; min-width: 0px; min-height: 0px; padding: 1px 0pt 0pt; border: 0pt none; font-style: normal; font-weight: normal; font-family: "trebuchet ms",arial,helvetica,sans-serif; float: none; position: static; left: auto; top: auto; line-height: normal; background-image: url("http://i.ixnp.com/images/v6.51/theme/linen/palette.gif"); background-color: transparent; visibility: visible; width: 14px; height: 12px; background-position: -943px 0pt; background-repeat: no-repeat; text-decoration: none; vertical-align: top; display: inline;" src="http://i.ixnp.com/images/v6.51/t.gif" /></a></p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-57291809242846170392010-11-15T18:29:00.001+07:002010-11-15T18:30:25.319+07:00CPNSD PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010<div align="center"> <img src="http://cpns.jatengprov.go.id/assets/images/garuda.gif" width="68" height="74" /><br /> <strong>GUBERNUR JAWA TENGAH</strong><br /> <h3>SAMBUTAN</h3><br /> </div> <table width="100%" border="0" cellpadding="2" cellspacing="2"> <tbody><tr> <td width="3%" align="center" valign="top"><br /></td> <td width="97%"> <p align="justify"> <img src="http://cpns.jatengprov.go.id/assets/images/bibit.jpg" style="margin-left: 5px; margin-right: 5px;" width="110" align="left" height="160" /> <em>Assalamu ‘alaikum Wr Wb.</em><br />Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah pada formasi tahun 2010 menyelenggarakan Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) secara on line sistem.<br /><br />On line sistem dalam pendaftaran CPNSD dikandung maksud untuk memberikan kemudahan dan kecepatan akses informasi mengenai pengadaan CPNSD. Dengan pendaftaran on line sistem, calon peserta seleksi pengadaan CPNSD dapat mendaftarkan diri pada formasi yang dibutuhkan/lowong melalui internet baik dari rumah, warnet, kantor dan sebagainya, sehingga calon peserta seleksi pengadaan CPNSD mendapatkan kemudahan dalam melihat formasi yang dibutuhkan/lowong.<br /><br />Dengan demikian, diharapkan proses pengadaan CPNSD tahun 2010 ini dapat berlangsung secara transparan dan akuntabel, netral, obyektif dan adil yang didukung dengan sistem informasi yang canggih dan menjamin akurasinya. Juga perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh masyarakat luas, bahwa jangan percaya kepada pihak-pihak tertentu yang menjanjikan kelulusan dengan imbalan sejumlah uang tertentu.<br />Selamat mengikuti seleksi CPNSD tahun 2010, semoga sukses.<br /><em>Wassalamu ‘alaikum Wr wb</em></p></td> </tr> </tbody></table><br /> <div align="right"><img src="http://cpns.jatengprov.go.id/assets/images/ttd_gub.png" width="181" height="86" /></div> <span class="article_separator"> </span> <div align="center"><img src="http://cpns.jatengprov.go.id/assets/images/logo_prov.jpg" width="70" height="75" /><br /> <strong>SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH</strong><br /> <h5><strong>PRAKATA</strong></h5> <h5><strong>SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH</strong></h5> <h5><strong>SELAKU KETUA PANITIA PENGADAAN CPNSD</strong></h5> <h5><strong>PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010</strong></h5><br /> <br /> </div> <table width="100%" border="0" cellpadding="2" cellspacing="2"> <tbody><tr> <td width="3%" align="center" valign="top"><br /></td> <td width="97%"><p align="justify"> <img src="http://cpns.jatengprov.go.id/assets/images/sekda.jpg" style="margin-left: 5px; margin-right: 5px;" width="110" align="left" height="166" /> <em>Assalamu ‘alaikum Wr Wb</em><br />Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya pada tahun anggaran 2010 ini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kembali menyelenggarakan Pendaftaran Pengadaan CPNSD Provinsi Jawa Tengah.<br /><br />Pembukaan Formasi CPNSD tersebut dilaksanakan dalam rangka mengisi kekosongan jabatan tertentu di unit organisasi pemerintahan, yang dilakukan melalui seleksi pengadaan CPNSD.<br /><br />Seleksi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan seleksi yaitu : 1) Seleksi Administrasi, 2) Seleksi Tertulis yang terdiri dari Tes Psikologi dan Tes Akademis, serta 3) Seleksi Khusus bagi Formasi Protokol, Pranata Komputer (Programer S-1) dan Rescue.<br /><br />Seleksi Administrasi dilakukan dengan cara koreksi terhadap kebenaran berkas pendaftaran yang dikirim melalui POS, sedangkan seleksi tertulis dilakukan untuk mengetahui kemampuan penguasaan bidang pengetahuan umum dan potensi dasar pelamar. Adapun Seleksi Khusus dilaksanakan untuk melihat performance dan kecakapan para peserta seleksi Formasi Protokol, Pranata Komputer (Programer S-1) dan Rescue.<br /><br />Proses Pengadaan CPNSD Tahun 2010 akan diumumkan secara luas kepada masyarakat, melalui media cetak dan elektronik/internet, serta papan pengumuman instansi pemerintah.<br /><br />Bahwa dengan pendaftaran CPNSD secara on line, peserta akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya, antara lain mengenai lowongan formasi yang dibuka di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota se Jawa Tengah. Selain itu peserta dapat mengisi formulir biodata pendaftaran secara langsung, sehingga dapat meminimalisir kesalahan data pribadi pelamar.<br /><br />Seleksi Tertulis akan dilaksanakan secara serentak se Jawa Tengah dalam waktu satu hari, oleh karena itu Pelamar <strong>hanya dapat mendaftar untuk satu jenis formasi </strong>saja pada Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.<br /><br />Dalam proses pengadaan CPNSD ini pelamar tidak dipungut biaya seleksi, oleh karena itu gunakan kesempatan ini sebaik mungkin, cermati persyaratan jenis formasi, tata cara pendaftaran serta ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan oleh panitia. Berkas yang tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan, dinyatakan tidak lulus seleksi administrasi dan panitia tidak menerima susulan kelengkapan berkas.<br /><br />Demikian beberapa informasi yang dapat saya sampaikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kelancaran dalam Penyelenggaraan Pengadaan CPNSD Tahun Anggaran 2010. Sekian dan terima kasih.<br /> <em>Wassalamu ‘alaikum Wr wb</em></p></td> </tr> </tbody></table> <div align="right"> <img src="http://cpns.jatengprov.go.id/assets/images/ttd_setda.png" width="208" height="132" /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-65300661995269629192010-11-05T21:33:00.000+07:002010-11-05T21:35:11.195+07:00MELIRIK IDEOLOGI INTELEKTUAL<strong><!-- google_ad_section_end --></strong> <hr style="color: rgb(255, 255, 255); background-color: rgb(255, 255, 255);" size="1"> <div id="post_message_176981"> <!-- google_ad_section_start --><b>Sejarah perubahan sosial selalu diawali dengan pergulatan yang melibatkan kaum intelektual. Peran dan fungsi mereka cukup besar terutama di dalam menggerakkan masyarakat, melakukan reorientasi dan reorganisasi sosial serta dalam rangka mengisi ruang imajinasi sosial. Lihat misalnya revolusi politik di Prancis, revolusi Bolshevik di Rusia, revolusi kebudayaan di Cina atau perubahan yang relatif damai seperti revolusi bunga di Portugal dan revolusi kaum buruh di Polandia. Semua proses perubahan itu, baik radikal (revolusi) maupun fundamental (reformasi) tidak terlepas dari peran intelektual.</b><br /><br />Di Indonesia, kaum intelektual berada pada posisi penting dalam memperjuangkan dan memformulasikan arah perjalanan bangsa. Di awal kemerdekaan misalnya terjadi perdebatan ideologis cukup kental antara Soekarno dan Natsir di mana pergumulan panjang ideologi itu kemudian melahirkan Pancasila. Begitu pula proses bergulirnya reformasi 1998 yang merubah tatanan sistem pemerintahan secara fundamental. De facto, intelektual menjadi tonggak perubahan masyarakat menuju tatanan yang lebih baik.<br /><br />Dalam arti sempit, intelektual identik dengan kaum terdidik (schooler). Identitas sosial menempatkan intelektual sebagai kaum cendikia yang cerdik dan pandai serta mempunyai pengetahuan yang tinggi dan luas. Namun dalam wacana geneonologis, pengertian intelektual tidak hanya berhenti di situ melainkan lebih dilihat dari segi peran sosial yang dimiliki, yakni sebagai orang yang memahami kondisi masyarakat, mengerti akan tujuan kehidupan bersama serta berjuang mewujudkan tujuan itu secara bersama. Kaum intelektual mempunyai pandangan yang melampaui realitas yang mampu membawa kebaikan bagi kehidupan bersama. Oleh karena itu, tugas utamanaya adalah melakukan reorientasi sosial serta mengorganisasikannya secara praksis bahkan revolusioner.<br /><br />Melalui pengertian tersebut, sebutan intelektual tidak hanya dialamatkan pada orang-orang yang belajar di perguruan tinggi, tetapi kepada siapa pun yang mempunyai pengetahuan luas serta memiliki peran dan kepedulian sosial. Antonio Gramsci mengistilahkan orang semacam itu dengan intellectual organic sedangkan ‛Alî Syarî‛atî menyebutnya ra’ûsan fikr. Syarî‛atî menggunakan istilah itu dalam rangka membedakan antara intelektual dan ilmuan. Baginya, bahasa yang digunakan oleh intelektual dalam membicarakan sesuatu adalah bahasa seharusnya, yakni apa yang harus dilakukan. Sedangkan ilmuan menjelakan sesuatu dengan bahasa yang sebenarnya atau apa adanya. Intelektual selalu memihak kepada kebenaran, baik ideologi maupun konsep atau gagasan yang terbaik buat masyarakat, sementara ilmuan tidak dapat melakukan pemihakan itu kecuali menjelaskan hasil penelitian keilmuan apa adanya.<br /><br /><b>Jawara, Ulama, dan Cendikia</b><br /><br />Realitas sosial di Banten sejak masa kerajaan sudah mengenal adanya stratifikasi sosial yang lebih dikenal dengan undukan. Pada masa itu, struktur sosial dibagi dengan mengikuti struktur masyarakat bimodal, yaitu masyarakat lapisan atas yang meliputi elit kesultanan dan bangsawan dan lapisan masyarakat bawah seperti petani, pedagang, dan sebagainya. Namun, identitas jawara dan dan ulama yang menjadi kelompok berpengaruh dalam masyarakat baru muncul di era kolonial Belanda. Dua kelompok identitas ini mempunyai kharisma sangat tinggi dan cukup disegani sehingga mampu memberikan citra bagi budaya setempat.<br /><br />Jawara lebih dikenal sebagai kalangan yang memiliki kemampuan dalam ilmu kanoragan namun rata-rata tidak mempunyai pekerjaan tetap dan seringkali bertindak melanggar hukum. Meski demikian, keberadaannya sangat diakui karena kontribusinya di dalam memperjuangkan kebebasan masyarakat dari komersialisiasi dan kapitalisasi agraria pemerintahan kolonial. Lain dari itu, kiyai merupakan orang yang memiliki keahlian dalam bidang keagamaan yang dijadikan otoritas dalam setiap perilaku atau tindakan. Pendapatnya senantiasa mempengaruhi paradigma dan pola pikir masyarakat baik dalam ruang privat maupun dalam kehidupan sosial. Bahkan dengan kemampuan magisnya, kiyai diyakini mampu mengobati berbagai macam penyakit dengan memberikan jimat yang kemudian dianggap sakral.<br /><br />Dua identitas golongan tersebut, pada era pemerintahan kolonial mempunyai peran strategis di dalam memperjuangkan kehidupan masyarakat Banten. Pada taraf perkembangannya ketika terlepas dari jeratan kolonial, jawara yang menempati posisi masyarakat paling bawah semakin menegaskan identitasnya sebagai kelompok yang kuat, pengendali stabilitas sosial, dan bersama kiya ikut mengorganisasi kehidupan masyarakat. Bahkan tidak jarang dari mereka dipercaya untuk memegang posisi lurah (jaro) di berbagai desa. Puncaknya, pada masa orde baru, keadaan ternyata memberikan ruang yang begitu luas kepada jawara untuk menempati kedudukan strategis di pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif, sehingga jawara mempunyai kesempatan untuk merubah status sosialnya secara vertikal menjadi kelas elit atau penguasa.<br /><br />Pada era reformasi di mana ruang politik semakin terbuka, dinamika sosial di Banten menunjukkan gejala dominan sebagaimana panggung politik nasional. Di era ini, semua elemen masyarakat tidak dapat memisahkan diri dari persoalan politik. Walaupun demikian, ruang sosial masih tetap dikendalikan oleh dua kekuatan golongan ini, terutama para jawara, sehingga cukup mudah mengarahkan masyarakat. Gelanggang politik secara homogen dibagi atas dua kekuatan, yaitu golongan jawara dan golongan kiyai beserta pengikut masing-masing. Akibatnya, tidak jarang terjadi benturan kepentingan yang bermuara pada terciptanya dua kutub dikotomis antara keduanya.<br /><br />Belakangan, bersamaan dengan pesatnya dunia pendidikan, muncul golongan baru yang disebut dengan kaum cendikia. Golongan ini terdiri dari para pelajar dan orang-orang terdidik yang ikut mewarnai dinamika sosial Banten. Melalui berbagai institusi dan organisasi, mereka merespon kondisi sekitar dengan cara menyebarkan gagasan, melakukan advokasi kemasyarakatan, dan sebagainya. Hanya saja, kelompok sipil terakhir ini belum mempunyai kendali dan dominasi yang cukup kuat terutama dalam meretas kebuntuan keadaan di tingkatan grass root. Gejala kultural seperti sekat-sekat yang menghambat keutuhan sosial belum bisa dihilangkan sehingga belum mampu menyemai benih-benih kebersamaan.<br /><br /> <b>Peleburan Identitas</b><br /><br />Dua kutub dikotomis antara jawara dan ulama sebenarnya bisa disatukan sebagaimana yang telah terjadi pada masa pemerintahan kolonial. Tentu proses penyatuan itu tidak serta merta melebur dengan sendirinya karena garis kepentingan pada domain kekuasaan masing-masing sangat mencolok. Di sini dibutuhkan kesatuan cita yang diperjuangkan dalam bahasa ideologis yang sama yaitu ideologi kaum intelektual. Ideologi yang memihak pada kebenaran demi kesejahteraan bersama, membela kelompok-kelompok termarginalkan (mustadh‛afîn), dan merekatkan ikatan-ikatan yang tercerai-berai oleh kepentingan sesaat.<br /><br />Kaum intelektual lebih mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan individu atau kelompok. Ia senantiasa sadar bahwa terwujudnya masyarakat yang damai dan sejahtera merupakan tugas paling utama dalam kehidupan. Oleh karena itu, hal-hal yang mengancam kesejahteraan seperti korupsi, konflik, dan semacamnya menjadi tanggung jawab sosial yang harus diselesaikan. Wawasan kebangsaannya memancar dalam setiap gerak langkah yang ditujukan kepada terciptanya perdamaian, keadilan, dan kemakmuran. Mereka menambatkan arti hidup bukan pada kekayaan pribadi melainkan seberapa besar hidup itu memberi manfaat bagi kehidupan bersama.<br /><br />Pada prinsipnya, menanamkan ideologi kaum intelektual kepada kelompok jawara dan kiyai tidaklah sulit karena secara historis keduanya pernah menyatu di bawah bingkai ideologi ini. Yang diperlukan adalah penyamaan visi untuk membangun masyarakat Banten menuju tatanan yang lebih baik. Hal ini penting karena akan merubah basis kultural yang selama ini cenderung stereotipikal. Di samping itu, sikap saling curiga dan menganggap yang lain (the other) sebagai musuh bisa dieliminasi. Visi ini akan merubah sikap keduanya untuk saling menerima dan saling memahami (mutual understanding) untuk kemudian bersatu memperjuangkan nasib rakyat.<br /><br />Ada dua hal yang harus dilakukan di dalam menggapai tujuan itu. Pertama, inisiasi dari kedua kelompok untuk menjalin komunikasi intensif mengenai persoalan masyarakat. Komunikasi akan bermuara pada sikap i‛tirâf (saling mengenal dan memahami) sehingga muncul bahasa yang sama di atas kepedulian antar sesama. Hal ini berguna dalam memformulasikan perjuangan baik persoalan kultural maupun kebijakan struktural pemerintahan. Tidak hanya itu, komunikasi juga perlu dilakukan dengan semua pihak agar mampu menyerap informasi dan kebutuhan serta menghindari kesalahan pemahaman (misunderstanding).<br /><br />Kedua, adanya wawasan kebangsaan yang diinternalisasi melalui media pendidikan formal maupun non-formal. Di setiap organisasi, majlis ta’lim dan perkumpulan lainnya perlu ditanamkan nilai-nilai kebersamaan yang diletakkan di atas dasar persaudaraan sehingga terjalin hubungan kerja sama. Di sini harus dijelaskan mengenai pentingnya kebersamaan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kehidupan. Di tengah krisis multi dimensi sekarang ini, bukan saatnya lagi menunjukkan egoisme kelompok atau kekuatan golongan masing-masing. Sebaliknya, kita harus bergandengan tangan dalam mengatasi berbagai persoalan seperti kemiskinan, pengangguran, dan semacamnya.<br /><br />Dua hal tersebut merupakan jalan bagi terpatrinya ideologi intelektual dalam rangka melebur identitas jawara dan kiyai. Muara peleburan itu adalah munculnya kepedulian sosial di mana kesejahteraan menjadi tanggung jawab bersama. Kesamaan visi serta penegasan peran sosial menjadi kunci utama dalam meneguhkan keberadaannya sebagai civil society. Dengan demikian, Banten yang selama ini dikenal dengan “tanah para jawara“ bisa bergeser dengan sendirinya sebagai masyarakat madani sebagaimana pada zaman Muhammad di Madinah. Masayarakat yang saling percaya dan saling bekerja sama dalam hal kebaikan dan dalam mencegah terjadinya kemungkaran.<br /><br />***<br /><br />http://www.zulkieflimansyah.com/in/baca/514/ideologi-intelektual-upaya-meleburkan-identitas-jawara-dan-kiyai.html</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3442913096041224311.post-21965845190791872602010-10-20T22:38:00.002+07:002010-10-20T22:38:41.392+07:00Kekerasan Politik Dalam Penerapan Prinsip Demokrasi di Indonesia<div class="the-content"> <p>Demokrasi sebagai sistem politik modern (demokrasi modern) bukan sekedar demokrasi desa atau demokrasi negara –kota sebagaimana era Yunani dan Romawi kuno. Tetapi, demokrasi negara kebangsaan yang muncul berkaitan dengan perkembangan negara kebangsaan (nation state). Artinya demokrasi memiliki hakikat nasionalisme secara menyeluruh dan bukan sebuah pemahaman nasionalisme dalm arti sempit (baca; chauvinisme) yang berpotensi melahirkan kekerasan politik di sebuah negara Demokrasi.<br />Huntington secara menarik menamakan perkembangan demokrasi di negara modern (negara bangsa) dengan istilah Gelombang Demokrasi atau gelombang demoratisasi, yang menunjukan fenomena transisi di sejumlah negara dari rezim non-demokratis (otoriter) ke rezim-rezim demokratis yang terjadi pada kuruk-kurun waktu tertentu dan jumlahnya sangat signifikan lebih banyak daripada transisi menuju arah yang sebaliknya.<br />Dengan analisis gelombang demokrasi yang lebih empirik, Huntungton melihat bahwa demokratisasi di suatu negara mensyaratkan adanya tiga hal, yakni:<br />a. berakhirnya sebuah rezim yang otoriter,<br />b. dibangunnya sebuah rezim demokratis,<br />c. pengkonsolidasian rezim demokratis.<br />Tampak sekali bahwa Huntington menempatkan demokrasi dan demokratisasi secara empirik berhadap-hadapan dengan sistem politik yang otoriter untuk mengetahui seberapa jauh perkembanagn terbaik dari dua kecendrungan yang bertentangan secara diametral itu. Analisis tentang demokrasi memang menjadi sangat jelas dan bersifat empirik manakala dikaitkan dengan kondisi dan sistem politik yang berada diseberangnya, yakni sistem poltik otoriter.<br />Gelombang baru tentang demokrasi bahkan saat ini ditandai dengan uoaya melakukan dekonstruksi pemikiran tentang demokrasi, yang seiring dikenal dengan pemikiran tentang “democracy without adjectives”, demokrasi kerakyatan, demokrasi parlementer, dan demokrasi dengan tambahan kata-kata sifat lainnya, selain mereduksi sifay universalitas demokrasi juga pada saat bersamaan merupakan pembatasan-pembatasan terhadap praktik demokrasi yang sesungguhnya. Setiap kata sifat sering kali digunakan oleh pihak penguasa untuk memnatasi pelaksanaan demokrasi sebagaimana mestinya, sehingga demokrasi kehilangan fungsi dalam aktualisasi kehidupan suatu sistem politik di suatu bangsa dan negara. Penguasa di beberapa negara otoriter bahakan seringkali sembunyi dibalik kata-kata sifat itu untuk mengebiri demokrasi dan tegaknya kedaultan rakyat.<br />Demokrasi sebagai sistem politik modern (demokrasi modern) bukan sekedar demokrasi desa atau demokrasi negara –kota sebagaimana era Yunani dan Romawi kuno. Tetapi, demokrasi negara kebangsaan yang muncul berkaitan dengan perkembangan negara kebangsaan (nation state).<br />Setiap rezim memang selalu memerlukan conflicts dan management of conflicts. Kedua hal tersebut diyakini penguasa sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan demokrasi. Namun yang lebih sering terjadi justru hal tersebut direkayasa untuk mengalihkan perhatian publik dari suatu persoalan, sekaligus juga menempatkan sang penguasa sebagai pahlawan yang mampu meredakan pertikaian tersebut.<br />Para operator politik memperlakukan ‘mereka’ sebagai partner shadow boxing hanya untuk sementara waktu hingga tujuan politiknya terpenuhi. Namun celakanya bagi masyarakat yang terprovokasi, ‘mereka’ tetap disembah sebagai berhala, yang kemudian mengkultuskan setiap opini politik yang terbentuk dengan melakukan pembenaran terhadap setiap tindakan, bahkan kekerasan sekalipun. Hal ini tidak berati kita harus menggugat elite politik sebagai pelaku dan penanggungjawab utama kekerasan politik yang selama ini terjadi di masyarakat. Ini hanya sekilas catatan untuk menunjukan apa yang terhilang dari analisis sosial yang terlanjur menonjol dalam masyarkat.<br />Dalih yang sering dibuat adalah bahwa perilaku tersebut sebagai bagian dari sebuah proses demokrasi. Padahal pemahaman tentang demokrasi tidaklah sempit seperti yang dijabarkan diatas. Bernhard Sutor menyebutkan bahwa demokrasi memiliki tanda-tanda empiris, yaitu jaminan terhadap hak-hak untuk mengeluarkan pendapat, memperoleh informasi bebas, kebebasan pers, berserikat dan berkoalisi, berkumpul dan berdemonstrasi, mendirikan partai-partai, beroposisi, pemilihan yang sama, bebas, rahasia atas dasar nilai dua alternatif, dimana para wakil dipilih untuk waktu terbatas .<br />Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara pada umumnya memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah poko yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan pemerintah negara oleh karena kebijaksanaan tersebut menyangkut kehidupan rakyat juga. Meskipun pada umumnya pengertian demokrasi dapat dikatakan tidak mengandung kontradiksi karena di dalamnya meletakkan posisi rakyat dalam posisi yang amat penting, namun pelaksanaannya (perwujudannya) dalam lembaga kenegaraan ternyata prinsip ini telah menempuh berbagai rute yang tidak selalu sama.<br />Adanya berbagai rute atau pengejawantahan tentang demokrasi itu menunjukkan pula beragamnya kapasitas peranan negara maupun rakyat. Ada negara yang memberikan peluang yang amat besar terhadap peran rakyat yang melalui sistem pluralisme-liberal, dan ada juga yang sebaliknya negara yang memegang dominasi yang jauh lebih besar daripada rakyatnya. Studi politik tentang Dunia Ketiga yang umumnya memperlihatkan lebih dominannya negara daripada peranan rakyat telah melahirkan berbagai konsep yang dimaksudkan sebagai alat pemahaman bagi realitas tersebut. Berbagai uapaya pemahaman dengan memberikan pijakan teoritis itulah telah menunjukkan betapa di negara Indonesia telah terjadi hubungan tolak-tarik antara negara dengan masyarkat dalm memainkan peranannya.<br />Penting kiranya untuk segera memberikan porsi yang layak bagi pembangunan demokrasi, serta menciptakan suatu kebijakan publik yang mampu mengatur agar simbol-simbol kekerasan tidak digunakan, setidaknya dibatasi, dalam wacana politik. Dan yang terpenting agar penalaran masyarakat tidak diredusir dari esensi menjadi simbol dan menyihir simbol menjadi esensi. Masyarakat perlu diberi ketentraman untuk mengembangkan demokrasinya, bukan dicabik untuk kepentingan politik.<br />Namun, kini kita menyaksikan kecenderungan yang semakin kuat munculnya public podium yang bersifat merusak tradisi demokrasi di berbagai wilayah di Tanah Air. Ikatan-ikatan kepercayaan yang dibangun oleh kelompok-kelompok masyarakat cenderung semakin menyempit, meniadakan pentingnya pluralisme. Kecenderungan semacam ini sudah barang tentu mendorong pengerasan batas-batas antar kelompok dalam transaksi politik. Akibatnya, arena publik sebagai arena penyelamatan masyarakat berubah menjadi arena kekerasan politik.<br />Setidaknya ada dua bentuk model kekerasan politik, yakni kekerasan struktural dan kekerasan kultural. Dalam tataran struktural, kekerasan politik dipahami sebagai hasil hubungan-hubungan sosial atau struktural dimana para pelaku tersebut berada. Nilai dan norma dipandang sebagai imperatif struktural yang terinternalisasi dalam diri individu, sehingga orang berprilaku selaras dengan-atau fungsional terhadap sistem.<br />Menurut Muhammad Asfar, ada empat kondisi struktural yang menjadi akar persoalan munculnya kekerasan politik :<br />Pertama, kekerasan politik tersebut merupakan reaksi beberapa kelompok masyarakat, khususnya pendukung OPP tertentu, yang menilai para pemegang kekuasaan kurang adil dalam mengelola berbagai konflik dan sumber kekuasaan yang ada. Bahkan dengan wewenang strukturalnya memakai cara-cara non-dialogis, non-musyawarah untuk menyelesaikan konflik kepentingan. Karena tidak memakai cara-cara dialogis dan beradab untuk menyelesaikan konflik, maka jalan kekerasan kekuasaanlah yang dipakai untuk memenangkan kepentingan terhadap lawan-lawan yang bersengketa atau berbeda kepentingan.<br />Kedua, cara-cara kekerasan politik tersebut ditempuh karena para pelaku menilai bahwa institusi-institusi demokrasi tidak mampu mengartikulasikan dan mengagregatkan berbagai kepentingan politik dalam masyarakat. Akibatnya, berbagai kelompok yang tidak mempunyai akses kepada kekuasaan menyalurkan berbagai aspirasi politiknya melalui cara-cara diluar lembaga demokrasi yang ada. Strategi perjuangan politik kemudian dilakukan di jalan dan tidak jarang dengan cara kekerasan.<br />Ketiga, akibat kekakuan lembaga-lembaga politik sehingga mereka tidak mampu menampung dan menyelesaikan berbagai konflik kepentingan dalam masyarakat. Akibatnya setiap ada perbedaan dan konflik kepentingan dengan kelompok lain, terutama kelompok yang berkuasa, masyarakat memendam berbagai perasaan konflik tersebut. Ketika berbagai perasaan konfliktual ini terakumulasi, dan ada kesempatan untuk melampiaskannya—misalnya pada masa kampanye pemilu—maka kekerasan politik sebenarnya terletak pada kekakuan lembaga-lembaga politik.<br />Keempat, adanya beberapa tekanan pemerintah di satu sisi dan tidak terpenuhinya di sisi lain. Dalam banyak kasus, tidak jarang masyarakat merasa tidak berdaya dalam menghadapi berbagai ketentuan pemerintah. Sebagian masyarakat merasa hak-haknya telah dirampas oleh pihak-pihak tertentu. Ketika sebagian warga yang mempunyai hak pilih tidak memperoleh kartu suara karena beberapa oknum panitia pemilihan, masyarakat merasa hak mereka telah dirampas oleh oknum tersebut. Ketika diperjuangkan selalu membentur tembok kekuasaan, yang memenangkan pihak status quo kepentingan sendiri, sehingga ketidakadilan lalu mengkristal menjadi struktur tidak adil. Keadaan seperti ini mengakibatkan frustasi, yang pada akhirnya disalurkan melalui tindak kekerasan.<br />Sedangkan dalam tatanan kultural, kekerasan lebih dikarenakan faktor budaya suatu komunitas. sebagai faktor pendukung (stimuli) adalah rendahnya tingkat pendidikan dalam masyarakat. Fanatisme keagamaan sangat sempit dengan prinsip apa yang didengarkan orang dan juga faktor kesejahteraan menjadi alasan berbuat asosial.<br />Jika Violence Studies kita arahkan dalam perspektif sosial, setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan; pertama, membebaskan tradisi kekerasan dalam proses relasi politik dalam penetapan sebuah kebijakan publik. Apa yang dilakukan disini sama artinya dengan melakukan transformasi demokrasi dalam tataran praktis.<br />Kedua, konsekuensi dari poin pertama tersebut adalah dengan melakukan kritik terhadap setiap pewacanaan yang benar yang mencakup bahasa, stratifiksi sosial, politik, ekonomi, budaya termasuk Pengistilahan RAS. Transformasi ini berjalan tanpa henti untuk mencapai tujuan.<br />Ketiga, sikap kritis-transformatif poin kedua tersebut menggunakan prinsip; “ mempertahankan sistem yang baik dan mengambil sistem baru yang lebih baik”, sebab banyak juga value system yang lebih baik di dunia ini.</p> <p><strong>Negara, Kekerasan dan Sistem Politik</strong><br />Apabila negara dianggap sebagai kekuatan reaksioner yang bertujuan memulihkan tatanan tradisional, atau gerakan progresif kepentingan rakyat menentang negara, kekaisaran, dan dinasti, maka tidak ada kekuasaan yang mampu mencegah negara untuk menggunakan kekerasan atau terlibat dalam tindak kekerasan. Semua tipe atau kategori negara pasti mempunyai kecenderungan untuk mengabsahkan penggunaan kekerasan terhadap pihak lain yang dipersepsi sebagai orang-orang yang mengancam eksistensi negara. Negara dihubungan dengan bentuk-bentuk kekerasan dalam banyak hal. Pertama, negara membangkitkan dikotomi konseptual dan psikologis yang cenderung mendorong tindak kekerasan politik. Kedua, negara dilibatkan dalam perjuangan memperebutkan otonomi politik yang dipahami sebagai kontrol atas instrumen koersif dan regulasi wilayah. Ketiga, kekerasan negara berhubungan dengan peran penting peperangan dalam perkembangan historis negara.<br />Dalam negara demokrasi baik di Amerika dan Perancis, dimana kemerdekaan, kebebasan, persamaan, wibawa hukum dihormati dan dijunjung tinggidalam konstitusi, ternyata penindasan terlindung cukup aman dan terhormat. Demokrasi yang ganjil seperti ini oleh Soekarno disebut sebagai demokrasi yang antisosial, sebab tidak menyelamatkan, menyejahterakan, dan melindungi segenap masyarakat.<br />Negara dan sistem politik yang dianut merupakan aspek yang berhubungan erat dengan aktivitas dan kedudukannya dalam penggunaan kekerasan. Pandangan state centcred bahwa negara adalah aktor yang turut bermain dalam arena, termasuk menentukan sistem politik yang dianut dan adanya upaya untuk memonopoli dan melitigimasi penggunaan kekuatan fisik.<br />Terlepas dari segala kekurangan yang ada, tampaknya sistem politik demokrasi memiliki sumber kekuasaan negara yang cenderung persuasif. Namun, tidak berarti sistem politik bebas dari kekerasan politik, karena di dalam sistem politik demokrasi juga melekat kekerasan struktural, kekerasan memang gejala yang serba hadir. <strong>Penulis: Teguh Arifiyadi, SH (Inspektorat Jenderal Depkominfo)</strong></p> <p><strong>Tulisan boleh dikutip/di copy/di cetak/diperbanyak sepanjang menyebut nama sumber. </strong></p> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15247961728646741490noreply@blogger.com0